Home - Masjid sebagai Tempat Kuliah Alternatif

Masjid sebagai Tempat Kuliah Alternatif

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Lpmarena.com, Demi mengembangkan tradisi bernalar dan berfikir kritis bagi para mahasiswa, pengurus Masjid Jenderal Sudirman, mengadakan program mingguan yang diadakan setiap malam kamis. Program itu mereka beri nama “Ngaji Filsafat.” Program tersebut merupakan ide dari para pengurus masjid yang sudah berdiri sejak tahun 1978 silam itu, untuk mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bisa memberi sumbangsih pada orang banyak.

“Kami mencita-citakan, Masjid Jenderal Sudirman ini menjadi tempat kuliah alternative bagi mahasiswa se-Yogyakarta,” ujar Muhammad Yasir Arafat (30), pengurus masjid yang beralamat di jalan Rajawali kompleks Kolombo tersebut.

Menurut penuturan Muhammad Yasir Arafat, program tersebut pertama kali diadakan sekitar bulan Maret 2013 lalu. “Peserta yang hadir waktu itu sekitar 40 orang mahasiswa dari berbagai Universitas yang ada di Yogyakarta, UNY, UGM, UIN dan UMY, padahal perkiraan kami hanya ada sekitar 15-20 orang saja. Dan sampai saat ini pesertanya masih tetap banyak meskipun terhalang oleh hujan,” ujar Dosen muda yang merupakan alumni dari Universitas Gajah Mada (UGM) tersebut.

Dalam program tersebut tidak sedikitpun memungut biaya dari peserta. Bahkan, para peserta mendapatkan makanan dan juga minuman gratis dari pihak pelaksana. “Masjid mempunyai sumber dana tidak terbatas sampai hari kiamat, yaitu dari sumbangan jama’ah sholat jum’at. Setiap hari jum’at pasti ada kotak infak, dan itu yang kami belanjakan untuk komsumsi para peserta dan juga untuk mengganti transportasi pengajarnya. Bagi kami para peserta yang datang itu merupakan tholabul ‘ilmi yang harus kami hormati kedatangan mereka,” tambahnya sebagai panitia pelaksana (28/11).

Tenaga pengajar dalam program tersebut adalah bapak Fachruddin Faiz, dosen filsafat di fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga. Menurutnya, beliau dipilih untuk mengisi program tersebut, karena beliau merupakan seorang filsuf yang mumpuni dibidangnya.  “beliau merupakan ahli filsafat, yang bisa menjelaskan filsafat yang berat, tapi dengan bahasa yang sederhana dan mudah difahami oleh orang, sehingga banyak penggemarnya saat ini,” terang Fachruddin.

Jumhur (21), salah satu peserta dalam program tersebut menyatakan, kalau belajar di sana cukup asyik dan menyenangkan. “ belajar disana enak, enjoy, banyak guyon dan materinya mudah difahami,” ujar mahasiswa jurusan Sosiologi Agama semester I tersebut. Dia juga menambahkan peserta program itu ramah-ramah meski belum kenal satu sama lain. (Masodi)

 

Editor : Ulfatul F.