lpmarena.com, Saat ini, peringatan hari kartini hanya diperingati dengan lomba konde dan fashion show, ini tidak seperti yang diharapkan Kartini. Idealnya, peringatan ini dijadikan momentum untuk memperjuangkan hak-hak perempuan, khususnya di ranah politik. Apalagi tahun ini bertepatan dengan pelaksanaan Pemilu.
Hal ini disampaikan Alimatul Qibtiyah, salah satu pembicara sarasehan memperingati hari Kartini yang diselenggarakan Pusat Study Wanita (PSW) UIN Suka di lantai dua, Gedung Rektorat lama, (16/04).
Sarasehan bertemakan Beyond Kartini: Langkah Substantif Perempuan dalam politik Indonesia tersebut dihadiri pula oleh Zuly Qodir (Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) dan Tracy Wright Webster (Australian Volunteer Internasional).
Dalam pemapara selanjutnya, Alimatul juga menjelaskan konsep kesetaraan perempuan di tanah Jawa, “Perempuan Jawa lebih egaliter, namun ketika kekuasaan dilihat dari segi formal, maka perempuan berada di bawah laki-laki,” ungkapnya.
Zuly Qodir menekankan pentingnya memaksimalkan kuota 30% perempuan di parlemen. Salah satu caranya dengan mengusung perempuan yang benar-benar berkualitas, dan perempuan yang pandai berpolitik.
Sementara Tracy, dengan logat bahasa inggrisnya yang kental, menyampaikan sejarah Kartini dan konstruksi perempuan dalam konteks Indonesia. “Sekarang Indonesia punya kebebasan merayakan hari Kartini dengan caranya sendiri, mengkritik, dan menjadikan perempuan sebagai agen politik,” ungkap Tracy.
Pada acara yang dihadiri seratusan peserta ini, dibuka pula forum diskusi dengan memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanggapi dan memberi pertanyaan kepada pemateri. (Annisatul Ummah)
Editor : Folly Akbar