lpmarena.com, Kasus kekerasan terhadap hewan peliharaan seperti anjing dan kucing yang marak belakangan ini, membuat Animal Friends Jogja (AFJ) gerah. Usaha edukasi yang selama ini dilakukan oleh mereka kepada masyarakat dinilai tidak cukup. Perlu usaha yang konkret untuk benar-benar menghentikan kasus-kasus tersebut.
Mengadvokasi pada tataran peraturan pemerintah merupakan jalan yang dianggap paling efektif untuk mengehentikannya. Mereka mendesak pemerintah segera mengeluarkan Memorandum of Understanding atau MoU.
“Karena kita melihat masalah itu ada pada konsepnya. Sehingga jika tidak mendesak pemerintah, persoalan ini akan terus ada,” kata Dessy Zahara Angelina Pane atau yang biasa disapa Ine, program manager AFJ.
Hal tersebut yang mendorong AFJ mengadakan aksi damai dan konvoi bersepeda dari basecamp Shaggydog, Jalan Nogosari, patehan, menuju Kantor Gubernur DIY, pada Kamis (8/5). Aksi tersebut dalam rangka penyerahan surat permohonan audiensi dengan gubernur yang dilengkapi dengan DVD kampanye untuk Dinas Peternakan.
Aksi kali ini mengusung isu tentang kampenye anjing yang tak layak dikonsumsi. Didukung oleh beberapa organisasi seperti Jakarta Animal Aid Network, Garda Satwa Indonesia, dan Bali Animal Welfare Association. Hadir juga salah seorang anggota band Shaggydog sebagai publik figur dan komunitas sepeda Jogja Last Friday Ride.
AFJ mengklaim dengan telah melakukan beberapa investigasi terkait pembunuhan hewan anjing secara keji dan besar-besaran sebagai daging untuk konsumsi. Landasan riset tersebut berdasarkan laporan-laporan dari masyarakat yang selama ini mereka tampung. Ada beberapa pelapor yang berdomisili di daerah tempat pemyembelihan anjing, sering mendengar suara-suara anjing yang memilukan.
Selain itu, landasan lain adalah fakta bahwa anjing adalah hewan yang menularkan virus rabies secara massif di Indonesia. Sehingga anjing bukanlah makanan yang sehat untuk dikonsumsi. Dengan menyetop kebiasaan mengonsumsi daging anjing, masyarakat Indonesia kemungkinan lebih terbebas dari virus rabies.
“Tentu pemerintah akan lebih melihat dari aspek manfaat langsung bagi manusia,” ujar Ina.
Data hasil riset AFJ mengatakan, setiap minggunya, di Yogjakarta diperkirakan sekitar 360 ekor anjing telah dibunuh demi konsumsi. Jika diakumulasikan dengan tiga daerah besar lainnya semisal Jakarta, Manado, dan Sumatera, dari konsumsi daging anjing telah mematikan 4680 ekor anjing per minggu.
Ine mengatakan, selama ini pemerintah tidak mendukung dalam tataran praktis atas kampanye ini. Karena masih banyak kasus pelaporan yang tidak ditanggapi oleh pemerintah dengan serius. Padahal, sudah ada peraturan pemerintah tentang kesejahteraan hewan. Namun banyak yang masih belum mengetahui aturan ini.
Asisten II Ekonomi Pembangunan Sekda Pemerintah DIY, Didik Purwadi di Kompleks Kepatihan langsung menyambut AFJ. Dia mengatakan, pemerintah saat ini mencoba untuk mengkaji persoalan ini secara komprehensif. Karena persoalan ini tidak hanya soal anjing.
“Selama ini sudah dilakukan beberapa pertemuan untuk membahas isu tersebut. Tapi kan tidak menutup kemungkinan jika nanti ada muncul isu lain seperti kucing, kelinci, dan lain-lain,” katanya.
Namun Didik menyepakati bahawa anjing bukanlah salah satu dari hewan yang layak untuk dikonsumsi.
Menurut Ina, tanggapan dari pemerintah terhadap kunjungan mereka itu adalah hal yang masih bersifat diplomatis. Sehingga mereka tetap menginginkan duduk bersama dengan gubernur sebagai pemangku kebijakan tertinggi. (Juju)
Editor : Folly Akbar