Home - Bedah Buku : Muhammadiyah itu NU

Bedah Buku : Muhammadiyah itu NU

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email
Diskusi dan bedah buku "Muhammadiyah itu NU" pada hari Kamis, (5/6).

Diskusi dan bedah buku “Muhammadiyah itu NU” pada hari Kamis, (5/6).

 

lpmarena.com, Kamis  (05/06), Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Suka bekerjasama dengan Noura Books mengadakan diskusi serta bedah buku “Muhammadiyah itu NU, Dokumen Fikih yang Terlupakan”. Hadir sebagai pembicara Mochammad Ali Shodiqin (penulis buku), Kyai Muzammil (Anggota Bahstul Masail Nahdlatul Ulama/NU), serta Wawan Gunawan Abdul Wahid (anggota PP Majelis Tarjih Muhammadiyah) dan Ahmad Muhammad (moderator). Acara yang dibuka oleh wakil dekan 1 Fakultas Dakwah Tulus Musthofa ini berlangsung di Teatrikal Dakwah dan berlangsung dari jam 08.00 – 12.30 dan dihariri sekitar 150 peserta dari mahasiswa UIN maupun undangan dari luar.

Dalam pemaparannya Ali Shodiqin mengungkapkan hal yang mendorong untuk menulis buku itu adalah sikap gerah melihat adanya perbedaan pandang mendasar antar kedua ormas terbesar di Indonesia setiap tahunnya. Namun penulis menyatakan bahwa umat Islam adalah satu atap. Muhammadiyah dan NU tidak benar-benar terpecah atau pun berbeda, karena dilihat dari buku fikih yang digunakan umat NU juga dahulu dipakai oleh KH Ahmad Dahlan. Maka ia menyarankan umat Islam harus menggalang persatuan dan bukan menonjolkan perbedaan masing masing.

Kemudian Kyai Muzammil menyatakan mendukung gagasan dalam mempersatukan umat Islam. Karena mempersaudarakan umat Islam adalah syarat mutlak untuk kemajuan. Dan  Islam itu bukan hanya sebuah organisasi, pemerintahan maupun sebuah pandangan, namun Islam adalah sebuah nilai, maka jangan mencari-cari perbedaan serta membuat kekacauan di dalamnya.

Sementara itu, Wawan Gunawan yang juga salah seorang dosen Fakultas Syariah dan Hukum menyatakan perbedaan itu mutlak adanya. Ia menambahi, agar dapat terwujud harmoni, bukan saling bertentangan dalam perbedaan. Semua umat Islam itu sama, tujuannya sama, al-Quran dan hadisnya sama, surganya juga sama namun hanya wadah untuk mencapai tujuan yang berbeda.

Ia juga mengkritisi buku tersebut karena beberapa referensi tidak jelas sumbernya sehingga perlu banyak perbaikan agar tidak menimbulkan kekacauan bagi pembacanya. Namun ia mengapresiasi buku tersebut agar tidak merugikan kedua pihak dalam isi pembahasan. Serta harapanya bisa menjadi rujukan yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. (Hasbullah Syarif)

 

Editor : Ulfatul Fikriyah