Home - Mempelajari Gempa Bumi dengan Sains

Mempelajari Gempa Bumi dengan Sains

by lpm_arena

lpmarena.com, Ada mitos yang mengatakan bahwa gempa bumi terjadi karena ada ular naga yang menggeliat, padahal menurut ilmu Sains berbeda. Banyak masyarakat Indonesia yang masih terpengaruh dengan hal  mistis. Melihat fenomena itu HMI komisariat fakultas Sains dan Teknologi mengadakan bedah buku, “Gempa Bumi dalam Perspektif Sains Fisika dan Religiusitas Masyarakat di Teatrikal Perpustakaan UIN Suka (7/6) sekaligus memperingati 8 tahun gempa bumi Yogyakarta yang terjadi 27 Mei 2006.

Secara sains, gempa bumi yang sering terjadi di Yogyakarta sendiri disebabkan pergerakan lempeng-lempeng tekntonik Indo-Australia dan Eurasia. Kedua lempeng ini saling bertemu pada suatu sesar (patahan) dan terjadi pengumpulan energi terus menerus. Saat batu pada lempengan tidak kuat lagi menahan gerakan tersebut akan terjadi pelepasan mendadak ke permukaan bumi, sehingga terjadilah gempa bumi.

Negara Indonesia rawan sekali dengan bencana. Namun, masyarakat Indonesia sendiri tidak lepas dari hal mistis dalam mengartikan bencana. Masroer selaku penulis menjelaskan jika di Yogyakarta sendiri kebudayaan lokal dan mitologi masih kuat. “Buku ini memadukan paradigama sains yang positivistik yang kebenarannya bisa disentuh dan diamati dengan paradigma keagamaan yang dogmatik dan interpretatif,” kata Masroer yang juga dosen Sosiologi Agama UIN Suka.

Masroer juga menjelakan saat melakukan observasi lapangan, masyarakat yang diwawancarai perihal gempa bumi, kebanyakan didapat jawaban berbau mitos daripada sains. “Hanya orang-orang tertentu saja yang menjawab dengan logika (sains—red) seperti relawan, mahasiswa, dan pejabat pemerintahan,” tambah Masroer.

Lalu M. Fathan salah satu pembicara, menjelaskan tentang fenomena-fenomena aneh yang terjadi di Yogyakarta sendiri belum bisa diuji dengan sains. Masyarakat (Islam) Indonesia sendiri ada tiga, abangan, santri, dan priyayi. “Idealnya bisa memadukan teknologi dan kearifan lokal,” tutur Fathan dosen di UIN dan UII ini.

Hal berbeda diungkapkan Norma Sidiq Rusdianto yang juga pembicara. Menurutnya, penanganan bencana seperti gempa bumi dapat diantisipasi melalui bangunan pondasi yang kuat. terutama di kawasan yang rawan gempa bumi. “Kalau ada bencana jangan dialokasikan ke hal negatif atau dianggap sebagai hukuman,” ujarnya. (Isma Swastiningrum)

 

Editor : Ulfatul Fikriyah