Home - Menyelamatkan Hutan yang Bobrok Melalui Kritik Kanvas

Menyelamatkan Hutan yang Bobrok Melalui Kritik Kanvas

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email
Salah satu petisi dalam lukisan di pameran seni rupa tentang hutan.

Salah satu petisi dalam lukisan di pameran seni rupa tentang hutan.

lpmarena.com,Bertempat di Jogja Nasional Museum, Sabtu malam (23/8) alunan lagu berjudul Bebal melantun. Lagu yang berisi kritikan akan hutan ini dibawakan oleh penyanyinya langsung, Sisir Tanah dalam acara Pameran Seni Rupa Hasil Proyek Seni “Tentang Hutan”. Acara yang rencananya berlangsung tujuh hari (23-29 Agustus 2014) ini mengusung tema let’s save our forest, save the earth for the next generation.

Latar belakang pameran ini bermula dari keberhasilan masyarakat desa Ngadisono, Wonosobo, Jawa Tengah dalam pengelolaan bersama hutan negara. “Membagi ketertarikan kitalah akan keberhasilan pengelolaan hutan di desa Ngadisono hingga sampai menaikkan kesejahteraan masyarakat setempat,” kata Ope’e Wardany, penanggung jawab acara.

Ope’e menjelaskan jika karya seni rupa adalah cabang seni yang berisi bahasa estetika. Ketika berbicara dengan bahasa seni, orang tidak sekedar bicara karena orang yang menangkapnya macam-macam. “Orang punya perspektif dan intrepetasi yang luas. Dalam bahasa seni rupa, ada penyerapan fenomena. Ada sisi mengolah,” ungkap Ope’e.

Dalam riset di desa Ngadisono sasaran yang ditembak adalah hutan negara. Perhutani sebagai birokrat ‘pemilik hutan’ tidak membolehkan mengelola langsung. Namun, pada tahun 2001, masyrakat dan Perhutani turut serta menyuburkan hutan bersama. Ope’e menyebutnya sebagai kesedaran turut serta. Dulu desa Ngadisono didominsi hutan pinus saja, tapi sekarang tidak. Ada tanaman jenis  lain, baik tanaman pangan maupun tanaman hutan. Hasilnya digunakan untuk kesejahteraan masyarakat. Dari tingkat pendidikan hingga menaikkan ekonomi masyarakat.

Dalam pameran ini menghadirkan karya-karya tujuh seniman, yaitu: Allatief, DJ Har, Ferial Afif, Fitri DK, Harlen Kurniawan, Hiroshi Mehata, dan Isrol Medialegal. Karya yang dipersembahkan berupa lukisan, film dokumenter, foto-foto, instalasi, performance art, dan karya grafis lainnya tentang hutan.

Pameran ini juga merupakan semangat yang baik untuk menjaga lingkungan. “Mengabarkan bahwa disini ada isu-isu lingkungan. Ada gerakan untuk bernegosiasi mengelola hutan,” ujar Bagus Dwi Danto, vokalis Sisir Tanah selaku pengisi acara. Ia juga bilang hutan di Indonesia ini bobrok. “Sudah jadi rahasia umum. Indonesia kaya dengan hutan. Banyak hutan dalam tanda kutip ‘lepas’,” katanya.

Dari itu, Ope’e berharap pameran ini mendapatkan aspirasi dari masyarakat untuk bersama-sama menyelamatkan hutan. “Sekarang sudah banyak gerakan lestarikan hutan. Aku pikir hutan berkualitas sangat bergantung dengan orag sekitar. Ketika turut merasa memiliki, pengelolaan akan lebih baik,” ujarnya.(Isma Swastiningrum)

 

Editor : Ulfatul Fikriyah