Home - Makna Cinta dalam Novel Maha Cinta

Makna Cinta dalam Novel Maha Cinta

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email
Cover novel "Maha Cinta"

Cover novel “Maha Cinta”

lpmarena.com,Senat Mahasiswa UIN Suka bekerja sama dengan penerbit Glosaria Media mengadakan peluncuran dan bedah buku Maha Cinta karya Aguk Irawan Mn. Acara yang diselenggarakan di Convention HallUIN Suka, Selasa (16/9) ini menghadirkan tiga narasumber, Ahmad Tohari (penulis Ronggeng Dukuh Paruh), Kuswaidi Syafi’e (sastrawan), juga penulis buku langsung.

Novel ini berkisah tentang cinta sufistik yang menceritakan tentang tokoh bernama Imran dengan perempuan yang dicintainya, yaitu Marwa. Namun, cinta Imran kandas karena Marwa menikah dengan lelaki lain bernama Maman. Di sudut yang lain ada Laila yang setia menunggu Imran. “Cinta bisa menukar malapetaka. Dalam cinta nikmat adalah sengsara, sengsara adalah nikmat. Ini bukan cinta ingusan, tapi sufistik yang mengalahkan alam semesta. Disini Imran punya cinta luar biasa. Imran boleh fana, tetapi cintanya tetap membahana,” ucap Kuswaidi. Ia juga menambahkan bahwa penulis novel itu seperti Tuhan. Ada aktor, suasana, kisah yang dibangun. Ia tak ubahnya Tuhan kecil yang menciptakan dunianya sendiri.

Ahmad Tohari sendiri sebelum memberikan penilaiannya, ia bertanya kepada hadirin, “Apa itu cinta?” Gadis yang duduk di bangku depan menjawab,“Cinta adalah sesuatu yang membuat saya bahagia.” Tidak ada definisi yang tepat tentang apa itu cinta, Tohari lalu berkisah tentang sedikit kisah cintanya di masa lalu. Dengan cinta ia membuat cerpen, puisi, dan karya yang lain (untuk seseorang yang dicintainya).

“Dari segi bahasa, novel ini memiliki bahasa yang menyanyi. Kalimat-kalimatnya menyanyi. Itu bahasa Maha Cinta pengarangnya kepada alam. Namun, pencarian akan Maha Cinta penulis belum sampai puncak, perlu ada sekuel ke dua. Jangan sampai pencarian cinta terhambat oleh berhala bernama Marwa,” kata Tohari.

Dalam pemakaian diksi “cinta” sendiri, Tohari dalam sebuah novelnya yang berjumlah sekitar 400 halaman, ia takut menulis kata cinta. Saking agungnya kata tersebut, novel tersebut nir kata cinta. “Motivasi terciptanya alam semesta adalah cinta. Jika ada yang berkata ‘aku cinta kamu’ itu gombal, yang benar adalah ‘aku birahi pada kamu’,” tutur Tohari. Ia juga menyayangkan karena diksi cinta dengan mudah diumbar di lagu-lagu pop dan kafe-kafe.

Penulis novel sendiri berujar jika novel ini terinspirasi dari kisah nyata seorang gurunya. Aguk juga menitikkan air mata saat membaca sebuah ayat yang menerangkan jika seseorang yang cintanya langgeng maka ia akan mati syahid. “Novel ini lahir dari kegilaan. Cinta adalah rangkuman dari asmaul husna, (sedih) betapa murahnya mengumbar cinta dalam buku saya,” celoteh Aguk dengan nada menyesal.

Fajar, wartawan dari Republika mengkritik jika judul dan cover terlalu nge-pop. “Judul dan cover terlambat sepuluh tahun. Judul tentang cinta-cinta sudah booming di tahun 2005. Sangat disayangkan jika isinya bagus tapi sampulnya ngepop,” kritik Fajar.(Isma Swastiningrum)

 

Editor : Ulfatul Fikriyah