lpmarena.com, Dewan Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi (Saintek) UIN Suka mengadakan diskusi publik dengan tema Yogyakarta: Kota Kebudayaan, Pendidikan, dan Pergerakan. Acara yang diselenggarakan di Teatrikal fakultas Saintek, Sabtu pagi (20/9) ini menghadirkan dua pembicara, Eko Prasetyo (Direktur Social Movement Institute/SMI) dan Melki Hartomi A.S. (pengurus Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa/IKPM Bengkulu Yogyakarta sekaligus aktivis SMI).
Melki berujar tentang pentingnya peran komunitas daerah. Di Yogyakarta sendiri hal itu penting untuk membangun kesadaran intelektual dan meminimalisir konflik antar ras dan etnis. “Asrama daerah mahasiswa bisa menjadi lumbung bagaimana pelestarian daerah kita dijaga. Sebagai lumbung pendidikan, kebudayaan, dan alternatif pergerakan,” kata Melki.
Kasus pembunuhan Cebongan juga kasus Florence yang terjadi di Yogyakarta menggelitik banyak orang. Eko sendiri mengkritisi tentang banyaknya masalah yang dihadapi Yogyakarta, seperti meluasnya pembangunan hotel, munculnya iklan-iklan yang merajai hampir semua jalanan (yang tentunya merusak keindahan kota), makin padatnya penduduk dengan skala 1000 manusia per kilometer, tingginya angka kesenjangan masyarakat industrialisasi pendidikan, dan pola hidup konsumtif. Melihat fenomena di atas, Eko menekankan betapa pentingnya peran mahasiswa. “Ciptakan prakarsa-prakarsa baru. Mahasiswa harus bisa menghidupkan kota!” ucap Eko.
Melihat Yogyakarta sekarang, Nur Hayati berujar diskusi publik ini juga mengingatkan peran Yogyakarta sebagai kota bermacam julukan, khususnya kota kebudayaan tanpa vandalisme, pendidikan yang berkarakter, dan pergerakan tanpa kepentingan golongan. “Harapannya acara ini bisa menambah intelektual dan daya kritis mahasiswa akan Yogyakarta,” ungkap panitia acara tersebut. (Isma Swastiningrum)
Editor : Ulfatul Fikriyah