Home - Bila Kopi Berbicara

Bila Kopi Berbicara

by lpm_arena
Buku "Kopiana" karya M. Faizi

Buku “Kopiana” karya M. Faizi

lpmarena.com, Bertepatan pada Hari Sumpah Pemuda, peluncuran antologi puisi yang berjudul “Kopiana” karya M. Faizi digelar di Kedai Nusantara, Jalan Nologaten Yogyakarta, Selasa sore (28/10). Acara disertai dialog bersama dengan tajuk “Istimewa Hari Sumpah Pemuda dan Diskusi Sastra”. Juga pembedahan buku antologi oleh Hamdy Salad (sastrawan).

M. Faizi menceritakan tentang kronologi kenapa judul antologi puisinya berjudul tentang kopi? Menurutnya warung kopi telah banyak menumbuhkan kesadaran sosial masyarakat untuk saling rukun antara sesama maupun tuhannya. “Karena kopi menjembatani kita bisa berinteraksi dengan tamu bahkan hubungan Tuhan dengan hambanya,” ujarnya.

Tidak hanya itu, orientasi paling penting menurut Faizi adalah mencari ‘makna’  dan menelisik sejarah kopi itu sendiri bukan hanya kita nikmati saja. ”Pahit, getir, dan manisnya kopi bisa juga kita ilustrasikan dengan kehidupan kita sehari-hari yang kadang pahit, getir, dan juga manis,” ungkap Faizi dengan senyum sinis.

Hamdy Salad menambahkan bahwa antologi puisi yang dikarang oleh Faizi merupakan gambaran dari seorang penyair yang mengobjekkan kopi dalam dalam realitas. “Artinya kopi sebagai wadah kajian seorang penyair,” ungkapnya disaat sesi bedah buku.

Menurut Hamdy alangkah baiknya jika kopi itu sendiri bicara akan ketertindasan dirinya sebagai kopi. “Bagaimana ia menejerit jika digiling atau diekspor dan diimpor lagi ke Indonesia,” kata Hamdy memberikan analogi.

Menariknya, buku ini juga banyak sekali cerminan tentang persoalan gender. “Wanita juga mulai punyak andil dalam membangun kultural ngopi bersama, sehingga melahirkan sikap bersama,” tambahnya.

Acara launching juga dihadiri oleh pelbagai penyair muda yang sekaligus membacakan bait-bait antologi puisi yang dikarang oleh salah satu pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah, Sumenep tersebut. Diantaranya ada Dianto Sutakjan, Ridoh, Dila Alvad, serta Selendang Sulaiman yang bertindak sebagai pembaca puisi sekaligus pembawa acara. Di penghujung acara dilakukan penyerahan kenang-kenang dari penerbit Ganding Pustaka Yogyakarta Badrus. (M. Faksi Fahlevi)

Editor: Isma Swastiningrum