Home - Membahas Paradigma Integrasi Interkoneksi

Membahas Paradigma Integrasi Interkoneksi

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Lpmarena.com, Jumat (14/11), bertempat di Convention Hall UIN Sunan Kalijaga (UIN Suka), Konferensi Nasional Islam dan Pengembangan Ilmu Sosial-Humaniora digelar berbarengan dengan workshop bertema “Pengelola Prodi Ilmu Sosial dan Humaniora PTAI Se-Indonesia Menuju Pembentukan Konsorsium Ilmu Sosial dan Humaniora.” Acara yang diadakan oleh fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora (Soshum) UIN Suka ini dilaksanakan selama dua hari ke depan.

Dudung Abdurrahman, Dekan Fishum mengatakan bahwa acara ini terselenggara dalam rangka memperingati Milad Fishum ke-9. Ia juga berharap, “Paradigma Islam, ilmu sosial dan IPTEK dapat menjawab kegelisahan sosial dan Islam selama ini. Sehingga PTAIN dan UIN dapat menampilkan kekhasannya.”

Sementara, Musa Asy’arie yang membuka acara tersebut mengatakan, “Kita harus Optimis! Bahwasanya Perspektif Islam dan ilmu sosial dapat menyelamatkan dunia dari kehancuran.”

Amin Abdullah, mantan Rektor UIN Suka hadir menjadi keynote speaker dengan menyampaikan materi “Ilmu, Agama dan Budaya Islam dan Pengembangan ilmu-Ilmu Sosial dan Humaniora Paradigma Integrasi-Interkoneksi Keilmuan.” Ia mengungkapkan, “Bahwasanya hubungan antara agama, dalam hal ini Ulumu al-din (ilmu-ilmu agama Islam) dan ilmu, baik ilmu kealaman, sosial dan budaya meniscayakan corak hubungan yang bersifat dialogis, integratif dan interkonektif.”

Lebih lanjut ia, “Paradigma integrasi-interkoneksi keilmuan adalah niscaya untuk keilmuan agama di masa sekarang, apalagi masa yang akan datang. Jika tidak, maka implikasi dan konsekuensi akan jauh lebih rumit baik dalam tatanan sosial, budaya, lebih-lebih politik, baik politik lokal, regional, nasional maupun global. Linearitas ilmu agama akan mengantar peserta didik berpandangan myopic dalam melihat realitas hidup bermasyarakat dan beragama yang semakin sederhana tetapi semakin kompleks, sekompleks kehidupan itu sendiri.”

Acara yang berakhir 11.30 WIB ini ditanggapi oleh Rayi Andrika Wahdini, mahasiswa Fishum dan peserta konferensi. “Fishum yang merupakan berbasis ilmu sosial berbeda dari yang lain. Sebab, dapat melakukan integrasi dan interkoneksi antara ilmu sosial dan ilmu islam.” (Mita)

 

Editor : Ulfatul Fikriyah