Home - Pemerintah Belum Respon, Mahasiswa Kembali Lakukan Aksi

Pemerintah Belum Respon, Mahasiswa Kembali Lakukan Aksi

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email
Suasana aksi tolak kenaikan BBM di jalan Solo, (27/11).

Suasana aksi tolak kenaikan BBM di jalan Solo, (27/11).

Keranda sebagai atribut aksi melambangkan telah matinya hak-hak rakyat dan keadilan di Indonesia.

Lpmarena.com, Aliansi Mahasiswa se-Yogyakarta kembali menggelar aksi untuk menolak kenaikan bahan bakar minyak (BBM), Kamis (27/11). Aksi yang diikuti LMND,PMII,SMI,GMI,REPDEM,IMM,SEKBER,FAM-J,PEMBEBASAN, HMI UII,CAKRAWALA,KP-FMK,BEM UIN,BEM KM UGM,FL2MI,PPI,PPR,KPO-PRP diawali dengan orasi politik dari masing-masing organisasi. Selain membawa bendera, massa aksi juga menyertakan keranda bertuliskan “Jokowi antek negara asing”, “Telah Meninggal Keadilan di Indonesia” dan “Hak rakyat telah mati” pada aksi tersebut.

“Dari beberapa hari turun ke jalan tidak ada respon dari pemerintah, bahwasannya yang seharusnya pemerintah melindungi rakyat dan bangsa kita,buktinya sekarang tidak lagi. Justru memberi kebijakan-kebijakan terhadap pemodal,yaitu menyetujui aset-aset kapitalis untuk menanamkan modal di negara kita,” orasi politik salah satu masa aksi yang diikuti dengan suara lantang di selatan jalan terdengar “Jokowi hanya mengumbar janji busuk”.

Mereka menyatakan dengan tegas bahwa harga BBM harus diturunkan dan menuntut terhadap pemerintah untuk melakukan negosiasi ulang kontrak karya migas,nasionalisasi aset-aset setrategis di bawah kontrol rakyat, memberantas mafia migas, menetapkan dan menerapkan pajak progresif, menghapus hutang luar negri, membangun industrialisasi migas yang kuat dan mandiri di bawah kontrol rakyat, mencabut UU migas NO.22 tahun 2001 yang meliberalisasi sektor migas,dan melaksanakan pasal 33 UUD 1945.

Masih di pertigaan jalan Laksda Adisucipto (jalan solo), pukul 15.38 massa aksi berorasi dan membakar ban bekas. Beberapa polisi terlihat di beberapa titik, di ruas jalan bagian barat dan timur jalan solo serta di depan KFC. Orasi politik masih berlanjut, “Innalillahi wainnailaihi rojiun, telah mati pada hari Rabu, jam 3 pagi keadilan di Indonesia,” teriak Al, salah satu massa aksi.

Setelah orasinya selesai, pukul 15.51, dengan komando dari koordinator aksi, massa aksi berkumpul membuat saf menghadap barat (pada keranda) dan melakukan sholat jenazah. Mereka menganggap demokrasi telah mati dengan sholat jenazah yang ditujukan kepada Presiden–sebagai lambang matinya hak-hak rakyat.

Dengan semangat aliansi dari beberapa mahasiswa menyuarakan tuntutan-tuntutan mereka dan memblokir jalan solo. Benturan antara aparat kepolisian dan masa aksi pun tak terhindarkan. Polisi menembakkan gas air mata, dan seketika massa berlarian ke arah kampus UIN Suka. Massa aksi yang dinilai sebagian provokator ditangkap polisi. (Fatihul Fajri)

 

Editor : Ulfatul Fikriyah