Home - Audiensi Perpindahan PGMI ke Kampus 2

Audiensi Perpindahan PGMI ke Kampus 2

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Lpmarena.com, Program Studi (Prodi) Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Sunan Kalijaga mengadakan audiensi terkait perpindahan prodi ke kampus dua yang berada di Maguwoharjo (14/01). Audiensi ini dihadiri oleh mahasiswa PGMI dari semester 1-7, Senat mahasiswa Fakultas, Dema Universitas serta lembaga pers mahasiswa.

Audiensi yang diadakan di Ruang Pertemuan Lantai 1 FITK ini diisi dengan dialog atau diskusi antara mahasiswa dan jajaran FITK serta Prodi PGMI. Diwakili Sabaruddin (Wakil Dekan III FITK), Sri Sumarni (Wakil Dekan II FITK), Sigit Prasetyo (Sekretaris Prodi PGMI) dan Aninditya Sri Nugraheni, Dosen PGMI yang ditugaskan sebagai moderator pada audiensi kali ini.

Acara audiensi dibuka dengan pemaparan Sri Sumarni mengenai alasan perpindahan prodi PGMI. Ia menyampaikan bahwa di kampus 2 sudah memiliki kelengkapan fasilitas dan gedung. Disamping itu tujuan perpindahan dalam rangka meningkatkan akreditasi jurusan serta meningkatkan keunggulan PGMI. “Fakultas kita itu udah crowded,” imbuhnya.

Sabarudin menambahkan mengenai kelengkapan fasilitas di sana. “Fasilitas keagamaan lebih baik, di lantai 2, kalau tidak salah, ada mushola yang luasnya mungkin bisa digunakan untuk sholat jumat. Fasilitas MCK-nya juga lebih baik. Saudara jangan merasa jadi korban, tapi jadi pejuang,” ungkapnya memberi semangat.

Forum Diskusi

Setelah pemaparan keduanya selesai, diskusi dimulai. Aninditya mempersilahkan mahasiswa untuk bertanya dan menanggapi.

Totul, mahasiswa PGMI semester III yang pertama kali bertanya. Ia menyampaikan ketidaksesuaian antara realita dan apa yang telah diungkapkan oleh dosen. “Laboratorium memang sudah lengkap tapi itu kan untuk PPG, sedangkan untuk PGMI hanya beberapa saja. Pengadaan perpustakaan yang direncanakan haruslah menunjang semua perkuliahan PGMI, karena PGMI juga butuh buku-buku tentang sains.”

Ia juga mempertanyakan bagaimana ketika mahasiswa PGMI mengikuti perkuliahan yang tidak bisa dilakukan di sana semisal ICT dan Pusat Bahasa.

Sabarudin menanggapi, “Nanti akan ada koordinasi mengenai perkuliahan ICT dan PB (red, Pusat Bahasa). Tapi kan yang namanya negosiasi kan butuh proses.”

Ulil Albab, Senat Mahasiswa FITK yang hadir pada audiensi turut menyampaikan pendapatnya.

Ia memulai dengan esensi pendidikan dari pakar pendidikan Paulo Freire, yaitu memanusiakan manusia. “Mengenai yang disampaikan dari tadi, Kalau memang ini untuk kepentingan mahasiswa itu harus disampaikan semuanya. Istilahnya ya kelebihan dan kekurangannya apabila itu ada perpindahan,” ia mengomentari.

“Dan yang masih sangat mengganggu itu, Kenapa PGMI harus dipindah?” dengan memberi penekanan pada kata “Dipindah”.

Kemudian ia sampaikan kekecewaannya terhadap pimpinan prodi PGMI. “Ada statement dari kajur PGMI, kajur (Kepala jurusan) PGMI yang saya hormati. Dia mengatakan, ya kalau tidak mau kuliah di Maguwo ya jangan masuk di PGMI. Itu statement pimpinan seperti apa? Diktaktorkah atau sifat ketuhanan?”

Penilaian terkait akreditasi, yang pertama aspek visi misi tujuan dan strategi, kedua tata administrasi, kepemimpinan, penjaminan mutu, sumber daya manusia, kurikulum pembelajaran dan suasana akademik, pembiayaan sarana dan prasarana.

“Jadi ketika PGMI berpindah ke Maguwo, belum menjamin PGMI akan mendapat akreditasi A,” ungkap Ulil.

“Itu baru proses, semua yang ditawarkan oleh pihak jurusan tidak ada yang pasti, hanya konsep,” tambahnya.

Pendidikan itu anti pemaksaan. “Esensi dari audensi ini sebenarnya kita ingin menggalang pendapat. Mengetahui kondisi yang sebenarnya seperti apa kesiapan mahasiswa prodi PGMI ini dipindah,” Sri Sumarni menanggapi.

Serempak mahasiswa mengatakan “Belum siap!”

Terkait pembangunan gedung, Sri Sumarni menyatakan pembangunannya sudah selesai. “Sebenarnya gedung ini sudah selesai sejak 2014, dan sekarang hanya finishing. Tinggal finishing, jadi intinya mengapa kami merencanakan perpindahan itu karena dari pihak universitas menyatakan pembangunan itu sudah selesai.”

Sementara itu, Anggityas, mahasiswa PGMI semester 7 menyatakan jika akan menaikkan akreditasi, jangan dilupakan tentang mahasiswa. Fakultas atau universitas harus memberikan tempat untuk mahasiswanya bereksplorasi, baik meningkatkan bakat atau minatnya. “Bagaimana dengan mahasiswa yang ikut UKM, LKM, BOM-F, BEM-F itu pak?”

“Seperti yang sudah dikatakan di awal ada pusat bahasa, ICT, itu semua kan baru proses. Dan prosesnya ini fakultas bisa menggaransi tidak? Berapa lama? Gitu loh pak. Karena perkuliahan dimulai tanggal 2 Februari, ” ia menyangsikan.

Ketika nanti, bapak ibu dosen mengajar di Maguwo, sedangkan bapak ibu dosen perlu menyelesaikan administrasi yang hanya bisa diselesaikan di fakultas itu bisa nggak bapak ibu dosen memberikan garansi, saya akan mengutamakan mengajar? “Mampukah bapak ibu dosen PGMI lebih mengutamakan mengajar daripada mengurus administrasi seperti itu?”

“Dan kalau memang di Maguwo itu bagus, kenapa hanya PGMI dan PGRA saja yang dipindah ke sana Pak? Kenapa tidak satu fakultas saja kalau memang di sana itu bagus?” pungkas Anggi.

Sri Sumarni kembali menanggapi, “Intinya di sini bukan bertindak sebagai pengambil keputusan, tapi bertindak sebagai penerima masukan, atau audiensi.”

“Jadi hari ini belum ada keputusan apa-apa.”

“Perpindahan tidak akan menarik dana apapun dari mahasiswa. Terus terang yang kami sampaikan ini adalah sharing, belum menjadi kebijakan yang pasti,” terang Sri Sumarni. (Ulfatul Fikriyah)