Home - Wadah Berbahasa Minim, SPBA Adakan Tes TOEFL

Wadah Berbahasa Minim, SPBA Adakan Tes TOEFL

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email
Pembina SPBA, Munawir ketika membuka acara pelatihan TOEFL

Pembina SPBA, Munawir, ketika membuka acara pelatihan TOEFL

Lpmarena.com, Sebanyak 110-an mahasiswa antusias memadati pelatihan dan tes TOEFL yang diadakan oleh UKM Studi dan Pengembangan Bahasa Asing (SPBA) di ruang teatrikal pusat bahasa, Sabtu (14/2). Selain memberi materi kepada peserta tentang TOEFL juga pengadaan tes dan pembahasan soal TOEFL.

Pelatihan TOEFL ini di tahun-tahun sebelumnya, awalnya hanya untuk internal SPBA sendiri, tetapi di tahun ini pelatihan TOEFL diadakan untuk umum. Saat ditemui ARENA, ketua panitia acara, Mujibburrahman mengungkapkan minimnya kegiatan bertema kebahasaan di UIN Suka menjadikan acara ini sebagai wadah bagaimana mahasiswa sadar jika bahasa itu penting. “Wadah untuk mengekspresikan bahasa yang belum maksimal. Acara kebahasaan dari pusat bahasa (UIN) tidak intens dan setengah-setengah. SPBA sebagai dedikasi untuk UIN, mencoba memberi wadah pelatihan akan pentingnya bahasa,” ucap mahasiswa jurusan Al Ahwal- A Syahsiyyah semester VI ini.

Dalam acara pembukaan, pembina UKM SPBA, F. Munawir mengisahkan tentang pengalamannya sepuluh tahun lalu mengikuti kursus bahasa Inggris dan bahasa Arab. Berkat bahasa Munawir sempat menginjakkan kakinya di Amerika. “Bahasa akan digunakan dimanapun dan kapanpun. Dengan bahasa kita bisa memahami banyak ilmu. Bahasa itu kunci dunia, lintas sektoral dan lintas peradaban,” tuturnya.

Munawir juga menambahkan jika dalam belajar bahasa itu konsisten. “Berbahasa itu harus langgeng, continue. Bahasa itu kebiasaan, bukan cuma di level hafalan, tapi juga aplikasi,” kata pria yang juga berprofesi sebagai dosen ini.

Pelatihan ini juga diselingi motivasi dari Waskito, alumni SPBA yang sekarang bekerja di sebuah institusi Australia. Salah satunya Waskito berujar jika ingin sekolah ke luar negeri kunci pentingnya, janganlah mengejar programnya, tapi kejarlah kemampuan dahulu. “Jangan cari programnya, be good in your passion. Baguslah di kemampuan kita dahulu,” tutur pria yang juga pernah pergi ke negara Ghana, Yordania, dan Filipina ini. (Isma Swastiningrum)