Lpmarena.com, Sosok Rahwana dalam pewayangan selalu diidentikkan dengan sikap antoganis dan kejahatan-kejahatan yang dibuatnya. Sujiwo Tejo dalam bukunya “Rahvayana” justru sebaliknya, presiden republik jancukers ini melukiskan Rahwana dengan watak yang berlawanan.
“Pokoknya soal Rahwana aku punya pembelaan,” ucap Sujiwo Tejo dalam acara Ngopi Bareng Sujiwo Tejo: “Nglaras Roso Jumbuhake Kahanan dan Kupas Buku Rahvayana 2, Ada yang Tiada”, di kafe Identitas Planet Bookstore Pengok, Minggu (15/2).
Selain berbicara tentang bukunya, pria yang biasa dipanggil Mbah Tejo ini juga berdiskusi bersama peserta tentang keagamaan dan cinta.
Mbah Tejo memberi tafsiran mengenai ayat ihdinas shiratol mustaqim, menurutya arti dari ayat itu bukan tunjukkan aku jalan yang lurus, tetapi tunjukkan padaku asalku, yang membuatku. “Kalau aku mahasiswa pertanian, maka tunjukkan darimana aku berasal dari pertanian itu. Capailah Tuhan darimana kalian berasal,” tuturnya. Dalam dunia universitas sendiri, fakultas-fakultas bukanlah sebuah kamar, tetapi gerbang. “Jadi, gerbang apapun yang kamu lewati, kamu akan melihat Tuhan,” tambahnya.
Tuhan bagi Mbah Tejo sendiri merupakan sesuatu yang tak bisa diimajinasikan secara konret dalam pikiran. “Tuhan tak bisa kau bayangkan, sekali kau bayangkan itu bukan Tuhan,” kata budayawan yang memilih berdakwah lewat seni ini, karena baginya kalau menjadi sufi ia hanya berketuhanan untuk dirinya sendiri, seniman berketuhanannya dibagikan.
Berbicara cinta, Mbah Tejo mengutip pertanyaan yang dilontarkan Rahwana: Tuhan, kalau cintaku pada Sinta terlarang, kenapa kau bangun mega cinta itu di hatiku?
Mbah Tejo menganggap, tidak ada yang lebih mulia dari cinta. Cinta adalah sebuah martabat, dan menikah itu nasib, mencintai itu takdir. “Kamu bisa menikah dengan siapa saja, tapi kamu tak bisa menentukan cintamu untuk siapa,” ujarnya dalam, dan acara ditutup dengan akustikan lagu berjudul Jancuk. (Isma Swastiningrum)