Berdasar pada novel grafis Le Transperceneige karya Jacques Lob, Benjamin Legrand and Jean-Marc Rochette.
Judul Film : Snowpiercer
Sutradara : Bong Joon Ho
Produser : Park Chan-wook, Lee Tae-hun, Jeong Tae-Sung, Steven Nam
Durasi : 126 menit
Terbit : 2013
Bintang : Crhis Evan, Jamie Bell, Tilda Swinton.
Peresensi : Jamaluddin A
Seorang wanita bersembunyi bersama bayinya. Seorang pria datang membawa pisau. Dibunuhnya wanita itu dan diambil bayinya. Kemudian datang lelaki tua. Ia maju dan berkata, “Serahkan pisau itu!” Semua orang mengira ia akan membunuh bayi itu. Ia pegang pisau dan memotong tangannya sendiri. “Makanlah ini jika kau sangat lapar,” ucapnya pada pria itu. “Cukup makan ini dan tinggalkan bayi itu!”
Setelah kejadian itu. Satu per satu orang di gerbong belakang mulai memotong tangan dan kakinya sendiri. Untuk dimakan bersama. Kejadian tersebut berlangsung 17 tahun silam, saat pertama kali kami menempati gerbong ini. Ada ribuan orang dalam gerbong, tanpa air dan makanan.
Dalam sebulan kami mulai memangsa yang lemah. Aku tahu rasanya daging manusia. Aku tahu daging bayi paling enak. Tahukah kau siapa bayi itu? Ia adalah Edgar. Akulah pria berpisau.
***
Di depan pintu gerbong terakhir Curtis tampak emosional. Pintu dari besi itu masih tertutup rapat. Tinggal tiga orang tersisa, ia, Nam Si ahli kunci dan anaknya. Sisanya telah mati sepanjang gerbong kereta. Penantian 18 tahun hampir tercapai. Di balik pintu inilah mesin utama kereta beserta pemiliknya Wilford berada.
Curtis bertekat untuk mengambil alih lokomotif. Pusat kekuatan yang menjalankan kereta dan kehidupan di dalamnya. Juga untuk gerbong lain. Di mana fasilitas hidup dan pendidikan berada. Ia bertekad menghentikan penindasan atas gerbong belakang.
Dalam film Snowpiercer dunia diringkas menjadi sebuah kereta. Diceritakan, tahun 2031 dunia telah membeku. Manusia hanya bisa hidup dalam sebuah kerta berjalan. Kereta yang melintasi permukaan bumi sekali putaran dalam setahun. Dalam kereta itulah sisa komunis terahir manusia tinggal.
Kereta itu terdiri dari rentetan gerbong panjang yang terus berjalan. Struktur masyakat kereta terbagi dua kategori, gerbong “belakang” dan “depan”. Gerbong belakang berisi ratusan orang yang tumpang tindih dan kelaparan. Dari sana para pekerja diambil untuk menopang kehidupan di kereta.
Gerbong belakang hanya menkonsumsi protein, makanan berbentuk jelly hitam yang dipotong serupa batangan emas, berbahan dasar serangga. Di sana tak banyak fasilitas, hanya tempat tidur susun dan penerangan sekedarnya, tanpa air. Orang-orang gerbong belakang kumal dan berdebu. Jika protein datang, mereka berebutan.
Telah cukup lama Curtis menyusun rencana untuk menguasi kereta. “Kita kuasai mesin, maka kita menguasai dunia,” ucapnya pada Gilliam, tetua gerbong belakang. Curtis dengan rekan mudanya Edgar, telah menyiapkan segala kebutuhan untuk menembus gerbong depan. Mereka bariskan pasukan dan drum bekas sebagai pendobrak.
Suatu hari, tentara melakukan pemeriksaan pada anak-anak gerbong belakang. Semua orang dikumpulkan. Anak-anak diperiksa, yang bertinggi badan sekira satu meter dibawa. Orang-orang protes, tentara menjawabnya dengan pukulan. Satu orang dipotong tangannya. Dari sini revolusi dimulai.
***
Menonton Snowpiercer seperti menyaksikan bagaimana sistem dunia berjalan. Dalam sistem bercorak kapitalistik seperti saat ini dunia terbagi dalam dua kelas sosial. Yaitu kelas proletariat dan kapitalis. Dalam pemahaman Marxian, kelas proletar adalah kelas bawah yang terus dieksploitasi oleh kapitalis.
Proletariat adalah kelas yang tak punya alat produksi dalam masyarakat. Ia bekerja pada kapitalis (pemilik modal sekaligus sarana produksi) untuk tetap hidup. Proletar tak punya banyak pilihan. Karena dalam sistem ekonomi kapitalistik yang paling utama adalah modal dan alat produksi. Tanpa itu manusia tak bisa hidup dan memenuhi kebutuhannya.
Sebab kondisi itulah proletariat terus diekploitasi dalam dua hal pokok. Pertama, sebagai tenaga kerja untuk memproduksi komoditas kebutuhan masyarakat. Kedua, sebagai objek yang diatur kehidupannya oleh kapitalis. Sebagai tenaga kerja, proletariat diposisikan sekedar subjek dan variabel produksi yang nilainya diukur dari tenaga kerja yang dicurahkan. Tanpa mencurahkan tenaga kerja, hidup proletar tak berguna bagi kapitalis. Manusia sekedar alat.
Kondisi ini bertaut dengan posisi kedua proletariat, sebagai objek yang diatur. Karena proletariat tak punya modal, maka ia juga tak punya akses pada struktur sosial. Karena ia buruh, maka mau tak mau ia menurut pada aturan kerja yang ditetapkan oleh kapitalis, seringkali juga menggunakan wajah negara. Baik dalam waktu kerja, jumlah gaji, ataupun fasilitas lainnya. Sedang, tak ada kapitalis yang mau merugi dalam produksi.
Dalam struktur sosial bertingkat seperti ini, kapitalis senantiasa di atas angin. Dengan modalnya, ia punya akses ke dalam banyak hal termasuk politik dan pendidikan. Kelebihan inilah yang senantiasa digunakan untuk mengatur masyarakat. Negara adalah kepanjangan tangan kelas kapitalis, kata Marx.
Dengan negara sebagai instrumen, kapitalis bisa tetap menjaga produksi tetap stabil. Secara garis besar “penjagaan” ini tampak dalam dua tipe, keras (Repressif) dan lunak (ideologis). Repressif biasa muncul dalam aturan Negara yang dipaksakan kepada rakyatnya. Juga dengan keberadaan aparat hukum yang menjaga “ketertiban” dalam masyarakat. Terutama untuk menjaga modal kapitalis aman dan proletariat tetap tertib.
Penjagaan ideologis mengambil wilayah yang lebih lunak, seperti pendidikan dan kebudayaan. Sekedar contoh, fenomena pendidikan sekarang telah jelas mengafirmasi logika di atas. Bagaimana penertiban dan pengondisian tertib kerja memang nyata dalam absensi dan tata tertib sekolah. Terlebih lagi, jurusan yang berorientasi praktis (kerja) lebih didorong dan punya prestis dibanding yang lain. Sekolah adalah produsen buruh terampil.
Sekolah juga mengajarkan bagaimana logika kapitalisme berjalan. Bahwa tiap orang mesti berkompetisi untuk mendapat pekerjaan. Orang yang tak punya kemampuan (unskilled) pantas tak pantas dihargai, hanya sampah sosial. Bahwa masing-masing punya harta (hak milik) pribadi, entah sedikit atau banyak. Orang miskin adalah sebuah kewajaran.
Dalam sistem kapitalistik, memiliki modal berarti menguasai masyarakat. Dengan modal, kapitalis punya kuasa sosial dan mendikte kebijakan. Kondisi di atas jelas digambarkan dalam Snowpierce. Wilford adalah kapitalis yang menguasai mesin kereta. Mesin itu adalah basis produksi penopang kereta dan kebutuhan orang di dalamnya. Snowpiercer bahkan menyatukan dua wajah sekaligus dalam sosok Wilford. Dalam kapitalisme pemerintah dan pemilik modal seringkali sama.
Dari sana Wilford punya kuasa mengatur pendidikan orang-orang di dalam kereta. Menyiagakan tentara untuk menjaga ketertiban. Juga menempatkan menteri sebagai aparat pembuat kebijakan. Ketimpangan kelas kentara tatkala melihat kehidupan gerbong depan yang kerjanya bersenang-senang. Menopang hidup dengan menghisap kerja proletariat.
***
Ruang mesin itu tampak mewah dan tenang. Walford mengenakan setelan santai sambil menggoreng steak. “Curtis, setiap orang mempunyai takdirnya sendiri. Setiap orang telah berada di tempat meraka, kecuali kau”. Di gerbong terakhir ini mereka bertemu. Walford telah menyiapkan jamuan.
Itu yang dikatakan orang di tempat terbaik kepada orang dari tempat terburuk. Semua orang di kereta ini bersedia bertukar tempat denganmu!
Curtis, anak baik. Kenyataannya, kita semua terjebak dalam kereta ini. Kita ditahan dalam kotak besi ini. Kereta ini seperti sebuah ekosistem dan kita harus selalu berusaha untuk mencapai keseimbangan. Udara, air, cadangan populasi semua harus seimbang. Demi mencapai sebuah keseimbangan optimal terkadang,,, solusi radikal harus dilakukan. Solusi terbaiknya adalah, membuat sesama orang saling membunuh.