angka dalam waktu
perlahan merentakan putaran kincir di sebidang sudut tambak
petani mendongak ke langit
menadah setitik bintang jatuh ke lubuk lautan
(Hikayat Negri Sorga – Raedu Basha)
Lpmarena.com, Puisi yang diambil dari antologi puisi “Matapangara” karya Raedu Basha ini menjadi topik dalam bincang sastra yang diadakan oleh Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri (PKKH) UGM, Rabu (25/3) malam di ruang multimedia dan perpustakaan PKKH.
Penggalan puisi Hikayat Negri Sorga karya Raedu Basha ini secara keseluruhan naskahnya berbicara mengenai Pulau Garam, Madura. Juga kritik atas realitas sosial dimana negeri yang digambarkan penulis seperti surga ini makin hari makin tidak seperti surga, yang tambaknya sepi dan air lautnya tak asin lagi.
Menurut Raedu, Indonesia adalah jelmaan surga. Lalu kenapa Raedu menyamakan surga dengan Madura? Selain karena Madura adalah kampung halamannya juga karena pengalaman hidup. “Banyak hal yang saya hadapi dari senang sampai linangan air mata. Saya ingat kembali surga negri kecil, Madura adalah negri surga,” kata penyair kelahiran Sumenep ini.
Pengalaman hidupnya sendiri diceritakan dulu di kampungnya banyak orang gila, dari yang biasa hingga yang suka ngamuk, Raedu bilang jika ia merupakan bagian dari mereka. Namun, ia menyalurkan kegilaannya lewat puisi.
“Sebenarnya sejak kecil saya menyukai orang gila. Agus Noor bilang menulis cara terbaik menjadi gila,” katanya. (Isma Swastiningrum)