Home - Detachment : Pemberontakan Atas Absurditas Kehidupan

Detachment : Pemberontakan Atas Absurditas Kehidupan

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Judul Film : Detachment

Sutradara : Tony Kaye

Durasi : 97 menit

Terbit : 2011

Pemeran : Adrien Brody, Christina Hendricks, Sami Gayle, Betty Kaye, Louis Zorich

Peresensi : Rifai Asyhari

detachment gede

diambil dari imdb..com

And never i have felt so deeply at one and the same time so detached from my self and so present in the world” (Albert Camus)

Denting piano datar gubahan The Newton Brothers mengiringi scene awal Detachment ketika seorang pria merenung di apartemennya. Ia tengah memaknai diri, terus hidup berdasarkan harapan masa depan, namun juga terjebak dalam waktu berlalu yang tak bisa dilawan. “I’m young and i’m old.”

Detachmentadalah film bergenre drama dengan menggunakan latar sekolah menengah di Amerika. Henry Bartes yang diperankan oleh Adrien Brody digambarkan sebagai guru yang berkarisma yang berhasil menjinakan murid Bengal di sekolah menengah itu. Model penjinakan murid oleh guru baru memang sudah terlalu biasa untuk ditampilkan dalam film-film lainnya.Namun, Tony Kaye, Sutradara Detachment, menampilkansesuatu yang lain diluar film sederhana bergaya semi dokumenter tersebut.

Henry Barthes datang ke sebuah sekolah menengah sebagai guru sementara menggantikan Dean Vargas selama satu bulan.Di hari pertama, Henry dihadapkan dengan murid-murid bengal yang menolak patuh pada guru. Jerry, seorang murid, marah dan melempar tas milik Henry saat ia menolak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru barunya tersebut. Henry menjawab santai Tas itu tak memilik perasaan, itu kosong. Aku juga tak punya perasaan yang dapat kau sakiti.” Mungkin kalimat tersebut menjadi awal gambaran bagaimana Henry melihat kehidupan. Membedakan dengan jelas wilayah material (red- materialism) yang dianggapnya nyata dengan bayang-bayang fikiran (red- idealism) yang baginya ngawang-ngawang. Sikap itu menjadikan Meredith, seorang murid pecinta seni kemuraman hidup, kagum terhadap Henry.

Diluar kehidupanya sebagai guru, Henry adalah cucu dari seorang kakek yang pikun dan sekarat. Ia tinggal di rumah jompo dengan sesama lansia. Jiwanya dirundung depresi berkepanjangan.Merasa terbebani dengan kematian putrinya, Patricia, yang juga merupakan ibu Henry. Saat malam tiba ia akan lupa segalanya. Mengunci diri dalam kamar mandi dan menganggap bahwa Patricia yang mati bunuh diri masih hidup dan selalu bercakap dengan dirinya. Henry sering kali berkunjung malam hari untuk menenangkan kakeknya agar mau beristirahat dan keluar dari dalam kamar mandi. Henry menenangkanya sambil berpura-pura tenang di hadapannya.

Sepulang dari panti jompo, Henry menangis sesenggukan di dalam bis. Menyendiri dengan tidak berpeduli pada seorang pelacur yang ditampar oleh seorang pria tua. Pelacur tersebut adalah Erica, gadis remaja yang kemudian membuntuti Henry dan tinggal bersamanya.

Detachment menyuguhkan konflik kehidupan dan cara manusia menghadapinya. Konflik berlangsung cepat dengan perpindahan scene tanpa perenungan mendalam. Seakan tidak memberi jeda bagi penonton untuk berfikir dan menyelami aspek psikologis pemerannya. Yang ditampilkan hanya kejengkelan aktor satu ke actor lainnya secara random. Seakan-akan semua orang memiliki masalah dan memanglah begitu adanya. Tidak ada satu konflik yang ditampilkan lebih penting dari lainya. Semuanya diacak untuk menampilkan bahwa konflik adalah hal biasa, pasti dan bobotnya sama.

Hal menarik dalam Detachment adalah penggunaan audio berupa petikan piano datar yang seringkali menerobos batas antara satu scene dengan scene lainnya. Suara piano ditampilkan lebih nyaring daripada teriakan emosi aktornya. Musik itu seakan menjadi garis lurus yang mengatasi partikel-partikel permasalahan. Meski diajak berkeliling melewati berbagai persoalan, sensasi yang didapatkan akan tetap sama, datar namun menggigit. Penonton diajak untuk bersedia terhanyut dalam pergantian scene yang cepat dan acak.

Detachment mencapai klimaksnya dalam tiga rangkaian kejadian beruntun yang menimpa Henry. Kematian sang kakek, bunuh diri Meredith dan isak tangis Erica saat dipindahkan ke panti rehabilitasi remaja.

Absurditas Camus dalam Detachment

Menonton Detachment adalah seperti halnya membaca buku Mite Sisifus karya Albert Camus, seorang filsuf dan juga sastrawan Prancis. Nilai absurditas hidup ditampilkan sedemikian rupa dalam Detachment seperti kemuraman Camus dalam bukunya. Bagi Camus, absurditas adalah situasi tak terdamaikan antara nalar manusia dengan realitas kehidupan.

Melalui nalar, manusia mencerap dunia lewat bayangan-bayanganya. Ia memahami realitas seperti apa yang diinginkanya saja. Membayangkan suatu keadaan yang indah dan sempurna terhadap situasi nyata yang dihadapi. Sumber rumitnya kehidupan adalah nalar yang mengandaikan kesatuan dan keabsolutan.

Sejatinya, menurut Camus, manusia tak pernah benar-benar mengenali dunia yang di tinggalinya. Bahkan setelah bertahun-tahun, manusia hanya meringkas kenyataan lewat istilah-istilah nalar yang dapat dicernanya. Nalar selalu menginginkan kesatuan dengan dunia sehingga ia cenderung mencari pemahaman sederhana.

Dan pada suatu titik, di mana kenyataan mengatakan tidak pada keyakinan yang diiyakannya, manusia mulai sadar bahwa dirinya salah. Semua keyakinan mulai luntur bersama dengan kenyataan yang pahit. Titik itu adalah sebuah kelokan saat kesadaran muncul atas timpangnya ledakan nalar dengan realitas yang didapatinya. Bagi Camus, hidup adalah penderitaan dan kesia-siaan. Dunia tidak pernah memberikan kepastian kepada manusia yang tak suka digantungkan.

Nalar dan realitas tidak akan pernah berdamai dan kesadaranlah yang dapat menjembataninya. Kesadaranlah satu-satunya yang akan menyelamatkan manusia pada kelokan absurd. Saat kesadaran muncul, kata Camus, manusia mungkin akan terjaga seterusnya atau kemudian kembali pada titik semula.

Manusia membutuhkan keberanian untuk jujur terhadap kehidupan. Bahwa makna-makna yang selama ini diyakininya tidak selalu diamini realitas. Ketika kehidupan menjadi absurd, membingungkan dan jawaban tak kunjung ditemukan hanya ada dua jalan. Meneruskan kehidupan absurd yang berarti pemberontakan atau bunuh diri yang berarti keluar darinya.

Henry adalah jelmaan Camus yang lain. Perenungan dalam kesendiriannya mengetengahkan ide absurditas kehidupan. Ia menyikapi kehidupan absurd dengan tetap menjalaninya. Cukuplah bertindak untuk tindakan itu sendiri dengan tanpa harapan. Karena harapan adalah sumber kekecewaan yang melelahkan.

Kebaikan yang dilakukan Henry tidak lantas membuat dirinya terjebak secara emosional seperti Meredith dan Erica yang jatuh cinta kepadanya. Kedua gadis tersebut membiarkan dirinya sendiri kecewa karena menciptakan harapan dalam dirinya.

Di akhir cerita, kedua gadis tersebut memilih jalan berbeda. Erica meneruskan kehidupan sementara Meredith memilih untuk bunuh diri_yang oleh Camus disebut bunuh diri filosofis. Memilih keluar dari kehidupan absurd dengan kesadaran bahwa kehidupan tak bermakna dan tidak layak untuk dijalani.

Kematian Meredith menimbulkan kesadaran baru bagi Henry, ia sadar bahwa dirinya tidaklah sendiri. Moment itu adalah saat Detachment ingin menyuntikkan pesan akhir dalam cerita. Seperti yang dituliskan Camus dalam novelnya, Sampar, manusia hanya perlu berbagi dan menjalin solidaritas dengan sesama. Bukan untuk keberhasilan yang diharapkan, melainkan kebersamaan itu sendiri.

Tapi bagaimanapun, sikap Henry dapat dipahami saat menengok kembali pengalaman pahit masa kecilnya. Bunuh diri Patricia menimbulkan trauma panjang. Seperti juga ide absurditas yang lahir di tengah kecamuk perang dunia dua. Saat kedamaian tak kunjung datang, pesimisme menguat dan harapan tak lagi diperlukan.

Satu-satunya jalan untuk tetap bertahan dalam absurditas adalah dengan membiarkan semua berjalan sebagaimana adanya.Seperti sepenggal lirik Last Hope milik Paramore. “And every night I try my best to dream tomorrow makes it better. And when I wake up to the cold reality and not the thing is change. Gonna let it happen… Gonna let it happen.”