Home BERITA Aksi Kamisan Jogja Singgung Carut Marutnya Sistem Pendidikan di Indonesia

Aksi Kamisan Jogja Singgung Carut Marutnya Sistem Pendidikan di Indonesia

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Lpmarena.com—Puluhan warga sipil melakukan Aksi Kamisan di perempatan Tugu Yogyakarta, pada Kamis (02/05), yang juga bertepatan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2024. Mereka menyoroti sistem pendidikan di Indonesia hari ini yang carut-marut.

“Memperingati hari pendidikan bukan berarti kita merayakan pendidikan kita yang semakin membaik, tapi justru kita berputar dan merayakan nasib pendidikan kita yang bisa saja akan semakin merosot ke bawah, semakin menuju jurang kehancuran,” tutur Arya Dewi Prayetno, Koordinator BEM Nusantara Daerah Yogyakarta, saat diwawancarai ARENA.

Arya menuturkan pendidikan di Indonesia sedang menghadapi permasalahan yang sangat kompleks. Mulai dari kesenjangan akses, biaya, ketidakpastian masa depan, hingga kesehatan mental.

Kesenjangan, misalnya, sangat terlihat dalam data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik pada 2023. Tercatat hanya 11,25 persen saja pemuda Indonesia yang menamatkan perguruan tinggi. Jumlah ini kalah banyak daripada 13,72 persen masyarakat yang tidak tamat SD.

Selain itu, dalam rilis pernyataan sikap Aksi Kamisan yang diterima ARENA, disebutkan sebanyak 52 persen pemuda bekerja secara tidak tetap dan dengan penghasilan kurang dari rata-rata upah layak. Juga, dalam masalah kesehatan mental, sekitar 9 juta penduduk Indonesia mengalami depresi. Dan sebanyak 45 persen remaja bahkan sudah melakukan tindakan menyakiti diri sendiri.

“Kesehatan mental ini justru isu yang sangat jauh diperhatikan pemerintah, sehingga korban bunuh diri dari para mahasiswa dari para pelajar selain ini semakin bertambah,” kata Arya.

Nahasnya, lanjut Arya, yang dilakukan oleh pemerintah di bidang pendidikan justru bukan memperhatikan kesehatan mental pelajar, tapi malah tentang bagaimana mereka menambah biaya pendidikan dan mengurangi anggaran untuk guru.

Olivia, dari Institut Gerakan Sosial, menuturkan Aksi Kamisan ini juga menyoroti kesejahteraan guru honorer. Gajinya yang relatif kecil membuat mereka rentan memanfaatkan pinjaman online. Mengacu data Otoritas Jasa Keuangan, sebanyak 42 persen masyarakat yang terjerat pinjol merupakan seorang guru.

Aksi Kamisan kali ini juga menampilkan pembacaan puisi, musik, dan teater. “Penampilan musik dan teater ini sebagai bentuk sindiran kepada pemerintah dan untuk menarik massa,”  kata Olivia sewaktu diwawancarai ARENA.

Arya berharap puisi-puisi serta orasi yang disampaikan pada Aksi Kamisan ini bisa didengarkan oleh rakyat dan masyarakat Yogyakarta. “Khususnya juga para pemangku kebijakan atau pemerintah itu sendiri,” pungkasnya.

Reporter Syamsukrandi | Redaktur Mas Ahmad Zamzama N. | Fotografer Rizqina Aida