Lpmarena.com, Kelas menulis membahas “Bahasa Jurnalistik” usai dilaksanakan LPM ARENA di sekretariat ARENA, student center lt. 1 No. 1/14 UIN Suka, Rabu (22/04). Maman, wartawan dari Tribun Batam menjadi pemateri.
Kelas yang diikuti oleh sekitar sepuluh orang anggota LPM ARENA ini masing-masing peserta memberikan pendapatnya mengenai pengertian bahasa jurnalistik. Ada yang menyebut bahasa jurnalistik itu bahasa yang memiliki kriteria, seperti lugas, tegas, tidak bersayap, aktual, popular, dan singkat.
Dalam menentukan bahasa jurnalistik ada dua hal penting yang harus dibedakan, yakni bahasa ucap dan bahasa tulis. “Jika tidak bisa membedakan, tulisannya akan berkesan opini,” tutur Maman.
Menurut Maman bahasa jurnalistik tak jauh dari bahasa Indonesia dan struktur SPOK. Contohnya seperti kalimat yang dilontarkan oleh anggota LPM ARENA, Faksi Fahlevi dalam kalimat “Saya pergi ke pasar membeli rokok”. Kalimat ini setelah dilakukan analisis bersama merupakan bahasa tutur. Itu bisa dilihat dari strukturnya yang tidak efektif: SPKPO.
Alasan kedua, kalimat Faksi tersebut ditinjau dari sisi komunikasi kalimat. “Posisimu sebagai apa? Apakah kalimat itu berupa jawaban, pengetahuan, atau sekedar ngomong. Ini terkait taste, rasa,” ujar Maman. Rasa sendiri, Maman berujar apakah struktur kalimatnya bisa dihindari? Apa kalimat itu enak dirasakan? Setelah melakukan kesepakatan bersama, kalimat tersebut bisa diubah menjadi kalimat jurnalistik menjadi “Saya membeli rokok di pasar”.
Salah satu karya yang diulas malam itu adalah berita dari Rifai Asyhari berjudul Pemutaran Senyap: Saat Mahasiswa Menegakkan Demokrasi yang dimuat di SLiLit ARENA Edisi April 2015. Dalam tulisan Rifai ada beberapa kritikan yang diulas terlebih dari sudut pandang logika bahasa. Dari judulnya sendiri Maman menilai lebih mirip opini daripada berita. Kalau beritanya empiris enaknya judulnya juga empiris.
“Tidak hanya penggunaan kata, tapi juga maknanya. Judul upayakan jangan debatable, gunakan kontradiksi dan ketegangan. Aktraktiflah membuat judul,” kata Maman.
Selain judul, Maman menambahkan mengenai kutipan berita. Kutipan intinya pandai memilah dan memilihnya, ia sebagai penguat. “Kuncinya jangan sampai kutipan itu pengulangan, melainkan penegasan,” ucapnya. (Isma Swastiningrum)