Pengembangan pendidikan inklusi bagi kaum difabel menjadi tema dalam milad VIII Pusat Layanan Difabel (PLD) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Diharapkan pendidikan inklusi dapat diakui secara lebih luas oleh masyarakat.
Lpmarena.com, Menyebarluaskan isu-isu difabel kepada manyarakat yang lebih luas bukanlah sesuatu hal yang hanya sekedar tulisan, akan tetapi memerlukan aksi dan praktik secara langsung ke masyarakat yang lebih luas. Untuk itu Pusat Layanan Difabel UIN Sunan Kalijaga dalam pelaksanaan rapat panitia milad VIII PLD, Senin (13/04) memiliki dua rancangan agenda. PLD akan melaksanakan seminar di teatrikal perpustakaan UIN Sunan Kalijaga pada hari Minggu, 3 Mei 2015 mendatang dan agenda jalan sehat yang diselingi dengan adanya pembagian hadiah (doorprize) dengan total dua juta rupiah pada hari Sabtu, 2 Mei 2015 nanti.
Dengan adanya agenda seminar dan jalan santai, milad PLD tahun ini panitia berharap mampu mengatasi dan memberikan tempat bagi difabel dalam kehidupan bermasyarakat. Tempat tersebut tidak hanya dalam bidang pendidikan yang inklusi, tetapi juga mampu memberikan tempat dalam bidang sosial, ekonomi, politik, budaya, dan seni yang juga memandang pentingnya inklusi bagi para difabel.
Menurut Trismunandar selaku mahasiswa difabel netra dan ketua panitia pelaksana milad VIII PLD tahun ini mengatakan tentang sosialisasi PLD dalam milad. “Dengan keterbatasan waktu persiapan, kita selaku panitia tetap mencoba mensosialiasasikan kembali keberadaan PLD kepada masyarakat, dengan adanya pendidikan inklusi yang diawali dari mahasiswa,” tuturnya.
Mengenai acara milad tersebut, panitia menekankan isu pentingnya, yaitu difabel dapat dikenal oleh masyarakat luas. Walaupun terkesan bertahap, dengan acara milad ini PLD juga diharapkan mampu mengembangkan arti pentingnya pendidikan inklusi yang membuat kaum difabel semakin mendunia dan dianggap mampu memberikan perannya sebagai manusia yang telah tercipta untuk memberikan pengaruh positif bagi kehidupan dunia.
Di beberapa tahun-tahun sebelumnya PLD telah melaksanakan berbagai acara tidak hanya melaksanakan diskusi bertemakan pendidikan inklusi, aksi unjuk rasa, dan seminar, tetapi juga melaksanakan berbagai agenda. Di antaranya pelatihan bahasa isyarat, lomba bahasa isyarat, cerpen, karya tulis ilmiah, dan debat mengenai isu serta kepedulian terhadap kaum difabel. Adapun Pujianto selaku relawan dari PLD berujar sudah saatnya kampus UIN menjadi kampus inklusi. “Tidak hanya slogan saja, tetapi harus memahami pendidikan inklusi,” ujarnya.
Selain itu juga menurut Abdullah selaku peserta dan mahasiswa difabel netra dari jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dalam agenda jalan santai milad PLD mengungkapkan milad ini menjadi ajang aktualisasi. “Jalan santai bisa menjadi ajang ngumpul-ngumpul bareng, berbaur, berinteraksi dengan masyarakat,” ungkapnya. (Chaerizanisazi)
Editor: Isma Swastiningrum