Lpmarena.com, Jumat (01/05) memperingati Hari Buruh Internasional, beberapa aliansi buruh dan mahasiswa melakukan aksi di Jl. Malioboro. Aksi dimulai dari taman parkir Abu Bakar Ali, berhenti sejenak di depan gedung DPRD DIY hingga berhenti di depan gedung Agung Yogyakarta.
Beberapa perwakilan mahasiswa dan juga aliansi buruh melakukan orasi. Salah satunya Megi Rahayu, buruh migran yang telah bekerja selama 14 tahun di Hongkong. Dalam orasinya Megi menceritakan bagaimana perlakuan yang didapat buruh Indonesia yang bekerja di Hongkong. Ia mengatakan dari dulu sampai sekarang buruh yang ada di sana sering mendapatkan penindasan. Upahnya juga murah dengan jam kerja yang berat.
“Dari dulu sampai sekarang, buruh migrant di Hongkong itu mendapatkan penindasan, bahkan hak kami juga dirampas. Entah itu hak gaji juga hak libur. Kadang ketika kita mengadu ke KBRI justru kita mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan, saya justru pernah di hina ketika ingin mengadu hanya karena saya memakai sandal,” ucap Megi ketika diwawancara ARENA.
Dalam orasinya, Megi mengatakan secara tegas kepada pemerintah agar lebih memperhatikan nasib buruh. Ia juga mengharapkan agar pemerintah dari awal memberi pembekalan tentang UUD dan kebudayaan yang berlaku pada negara penempatan buruh migran. Supaya, ketika buruh migran mengalami masalah, ia tahu bagaimana harus bertindak. (Wulan Agustina Pamungkas)
Editor: Isma Swastiningrum