Lpmarena.com, Pertunjukan teater tentang konsep kehidupan digambarkan Teater Pelangi Universitas Negeri Malang melalui kisah seorang Dolly. Pementasan berjudul “Bunga Dolly” yang disutradarai oleh Leo Zaini berlangsung di gelanggang mahasiswa UIN Sunan Kalijaga, Jumat (1/5) malam.
Cerita bermula dari sebuah keluarga kecil bahagia yang di pentaskan menggunakan bayangan di balik layar. Kehidupan keluarga dengan seorang anak perempuan yang awalnya berjalan normal, harus terhenti karena kecelakaan yang mengakibatkan kedua orangtuanya meninggal.
Latar berubah di suatu tempat yang ramai dan banyak orang menari dan berjoget dengan senangnya. Lalu anak perempuan tersebut tumbuh dewasa dan menjadi gadis menawan. Gadis yang bernama Bunga itu kini terjebak dalam dunia malam di usianya yang masih belia.
Melalui dialog monolognya, Bunga mengisahkan bagaimana tertatih-tatih mencari nafkah untuk empat orang anaknya setelah ditinggal mati suami. Bunga memutuskan menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK). Meskipun Bunga pernah ditangkap oleh petugas dan menjadi korban kekerasan, tetapi tidak ada yang dapat ia lakukan setelah keluar selain kembali kepada pekerjaannya. Rasa sesal selalu membayanginya, tetapi tidak ada yang dapat ia lakukan. Bunga hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri.
Proses latihan Bunga Dolly menghabiskan waktu enam bulan. Pentas ini sebagai bentuk apresiasi dan respon terhadap perjuangan walikota Surabaya, Tri Rismaharini yang menutup kawasan Dolly. “Ibu Risma yang berjuang menutup Dolly kita ekspresikan lewat pertunjukkan. Yang laki-laki tak sekuat Risma, karena Risma memiliki nurani perempuan yang lebih tajam,” ucap Leo.
Selain itu Leo menambahkan bahwa tujuan kehidupan manusia adalah untuk mencapai kebahagiaan. “Dari pementasan ini muncul statement bahwa hakikat manusia adalah jiwa dan tubuh,” ujar Leo.
Setelah melakukan pentas di Batu, Blitar, dan Jogja, Teater Pelangi akan menampilkan Bunga Dolly di Bandung. “Sebelum pementasan kali ini, telah diadakan pementasan sebelumnya. Dan sebelum mengadakan pentas terakhir di UPI, pementasan ini untuk barometer ke depan,” ujar Leo. Ia juga berharap agar dalam setiap pertunjukan Bunga Dolly ini ada koreksi untuk diperbaiki. “Apa yang kurang di sini diupayakan agar di kota lain ada progress untuk memperbaiki,” tambahnya.
Lina, mahasiswi S2 UIN Suka yang pernah bergabung dengan Teater Pelangi mengapresiasi pertunjukan tersebut. “Dalam pementasan Bunga Dolly ini banyak hal baru dengan efek yang berbeda dari pementasan pada umumnya,” terangnya. (Alifah dan Laila)
Editor: Isma Swastiningrum