Home - Wamenlu: Politik Luar Negeri, Indonesia Harusnya Kontributif

Wamenlu: Politik Luar Negeri, Indonesia Harusnya Kontributif

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email
Seminar nasional "Islam dan Demokrasi: Politik Luar Negeri Indonesia di Timur Tengah".

Seminar nasional “Islam dan Demokrasi: Politik Luar Negeri Indonesia di Timur Tengah”.

Lpmarena.com, Seminar nasional bertajuk Islam dan Demokrasi: Politik Luar Negeri Indonesia di Timur Tengah digelar di gedung convention hall lantai 1 UIN Sunan Kalijaga, Rabu (06/05). Seminar yang diadakan oleh pascasarjana UIN Suka ini sekaligus dalam rangka peluncuran program doktor (S3). Yaitu, progam kajian Timur Tengah, progam kelas international bahasa Arab (kajian Islam dan Arab), dan progam internasional kelas berbahasa Inggris.

Minhaji, rektor UIN Suka dalam sambutannya mengatakan bahwa acara ini merupakan momentum pengembangan pascasarjana UIN Suka. Ia menambahkan bahwa pascasarjana UIN Sunan Kalijaga harus menjadi corong Indonesia untuk dunia. Sebagaimana kegelisahan yang Minhaji katakan bahwa pascasarjana se-Indonesia belum bisa menghasilkan pemikir dalam dunia pendidikan

Acara yang juga dihadiri oleh Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) RI Abdurrahman Muhamad Fachir sebagai keynote speaker ini, dipenuhi oleh peserta yang memenuhi ruangan seminar. Dia mengungkapkan bahwa Indonesia akan menjadi pusat dalam kajian demokrasi global dalam menjawab tantangan modernitas terutama yang berhubungan dengan dunia Islam.

”Indonesia itu hebat dalam mengombinasikan antara kepentingan nasional dan kepentingan dunia global. Karena hal itu amanah konstitusi kita,” ungkap menteri yang baru saja mendapat gelar doktor di UGM dalam program studi Agama dan Lintas Budaya, minat kajian Timur Tengah ini.

Selain itu Noorhaidi Hasan, direktur pascasarjana UIN Suka dalam sambutannya menjelaskan bahwa tujuan dari acara ini adalah untuk menyegarkan wawasan dalam permasalahan aktual di dunia muslim. Negara Timur Tengah diambil dalam pembahasan ini karena merupakan pusat peradaban dan ilmu pengetahuan.

Fachir mengamini hal tersebut. “Kita akui Timur Tengah yaitu Mesir adalah pusat peradaban dan ilmu pengetahuan,” ujarnya. Negara Indonesia berkiblat Timur Tengah dalam hal ilmu pengetahuan. Namun dalam praktiknya negara Indonesia-lah yang menjadi pusat praktik.

Fachir menjelaskan bahwa Indonesia harus mengedepankan nilai bukan simbol. Lulusan Universitas Al-Azhar, seperti Kahar Muzakir, Gus Dur, menuntut ilmu di Timur Tengah dan mengimplementasikan wisdom. Negara Indonesia memiliki wisdom yang tercantum dalam alinea keempat yaitu ikut menciptakan ketertiban dunia. Hal tersebut merupakan amanat konstitusi yang mengandung makna bahwa bangsa Indonesia adalah anggota masyarakat yang baik dan kontributif. “Orang yang paling hebat adalah orang yang paling kontributif,” ujar Fachir.

Dalam amanat konstitusi tersebut memperlihatkan bahwa Indonesia mengkombinasikan kepentingan nasional dengan anggota masyarakat internasional. “Indonesia adalah negara besar, jadi harus bersikap seperti negara besar,” ujar Fachir. Sebagai bangsa Indonesia terutama mahasiswa harus berkontribusi dalam pembangunan negara. Fachir menjelaskan bahwa perguruan tinggi dapat menjadi salah satu kontribusi, yaitu dengan membuat standar sendiri dalam akademis. “UIN bisa menjadi bagian kontribusi,” tambahnya. (Alifah dan Rohim)

Editor: Isma Swastiningrum