Home - Mei Menonton, JCM Tampilkan Tiga Film

Mei Menonton, JCM Tampilkan Tiga Film

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email
Film "Gula-gula Usia"

Film “Gula-gula Usia” dalam acara Mei Menonton JCM.

Lpmarena.com, Jamaah Cinema Yogyakarta (JCM), Minggu (24/5) malam mengadakan acara nonton bareng bioskop kalijaga bertajuk Mei Menonton. Bertempat di gelanggang mahasiswa UIN Suka acara ini menampilkan tiga judul film: Halo Agen Samar-samar, dan Rena Asih, Gula-gula Usia.

Film pertama, Halo Agen Samar-samar menceritakan tentang seorang penulis blog yang gila karena tulisannya dijual oleh kekasihnya yang terhimpit masalah keuangan dan keluarga. Lalu si penulis blog tersebut bunuh diri. “Pesannya untuk menghargai karya orang lain. Setiap karya itu ada nyawanya,” ucap Muhammad Ridwan, sutradara film saat acara diskusi karya.

Film kedua, Rena Asih berkisah tentang seorang tokoh Damar yang tinggal di pedesaan daerah pegunungan di Malang. Damar sangat pintar, ia yatim yang hidup dengan ibu dan seorang kakak. Kehidupan mereka sangat miskin. Damar terlilit kasus penunggakan pembayaran SPP sekolah. Dari kisah kekurangan inilah, Damar seperti arti namanya yang berarti lampu atau penerang menjadi cahaya bagi sang ibu.

Film ini juga merupakan drama musikal yang memasukan budaya-budaya tradisional seperti macapat. Bahkan dialog yang dipakai seluruhnya menggunakan Bahasa Jawa. “Berangkat dari generasi 90-an kangen drama musikal. Kita coba nostalgia. Saya orang Malang nyoba musik yang dari kultur saya sendiri. Kesenian yang ada di tanah Jawa kita pakai konsep besar,” kata Lingga Galih Permadi, sutradara Rena Asih. Lingga berujar penggarapannya sendiri sekitar 1,5 tahun.

Film ketiga, Gula-gula Usia merupakan film yang menceritakan tentang kisah sepasang manula yang mengalami masa mudanya lagi. Seorang wanita tua yang hidup sendiri, ia sering mereparasi alat-alatnya yang rusak ke tempat reparasi seorang kakek tua. Karena seringnya berlangganan, timbullah rasa cinta.

Suryadin Abdullah, penikmat film dari Teater Eska berpendapat film ini menarik karena ada pemutar balikan cinta yang hanya didominasi oleh remaja-remaja. “Cinta yang kadang cuma monopoli anak-anak dan remaja, sekarang dibalik.  Itu sangat seksi. Mahasiswa berkaryanya lebih seperti itu,” kata Surya.

Selain itu, Jahid penikmat film dari jurusan Filsafat berkomentar bahwa tiga film ini mewakili tiga aliran besar filsafat. “Halo Agen Samar-samar aliran Platonik yang sok-sok idealis. Kedua, Aristoteles. Ketiga, agak kekinian, posmodern,” tuturnya. (Isma Swastiningrum)