Home - Monodzky: Pemaksimalan Visual

Monodzky: Pemaksimalan Visual

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email
Monodzky (foto: linkedin.com)

Monodzky (foto: linkedin.com)

Lpmarena.com, Director of Photography (DOP) senior kelahiran Jakarta, 28 November 1962, Nur Hidayat atau lebih dikenal dengan nama Monodzky bercerita bahwa seratus tahun sudah film atau seni audiovisual hadir, dan banyak orang yang masuk bidang ini.

Dalam perkembangannya dan obsesinya, film memasukan unsur waktu dalam fotografi. Hal tersebut disampaikan Monod dalam acara workshop Movie Day Out LA Indie Movie di Mandala Bhakti Wanitatama Yogyakarta, Rabu (27/5).

Monod memakai metafora jika seorang sastrawan yang penting adalah kata-kata, maka untuk sinematografer bentuk, cahaya adalah kata-kata. Cahaya bisa mengungkapkan perasaan secara mendalam. “Dynamic lighting that make shape dimension,” jelas Monod.

Menurutnya sinematografer mempunyai ruang untuk berbagi tempat antara ruang dan waktu. Sinematografer juga harus punya wawasan seorang editor. “Punya shot-shot mewujudkan cerita. Lihat hubungan yang dekat antara sinematrografer dan editor,” kata sinematografer film Bulan Tertusuk Ilalang (1885), Daun di Atas Bantal (1998), Jamilah dan Presiden (2009) ini.

Dalam workshop tersebut, Monod juga menampilkan beberapa film nir suara untuk menjelaskan tentang DOP. Film tidak sekedar mengandalkan kata-kata, tetapi juga memaksimalkan visual yang di dalamnya ada cara bertutur dan bercerita.

“Bahasa film terjadi ketika film itu selesai. Film punya daerah yang luas, tak cuma sinetron. Kita punya potensi tutur cerita yang unik, merangsang bentuk-bentuk bahasanya,” katanya.

Monod menganjurkan untuk mencari jalan yang tak dipakai orang lain untuk menemukan benua sendiri. “Kita identik dalam kosmos, pandai menangkap rangsangan artistik,” ujarnya menutup presentasi. (Isma Swastiningrum)