Sajak Kota
Kusaksikan gedung tumbuh ranggas
Taman-taman dibangun seperti dalam lukisan
Ada pohon besar kehilangan daun
Kudengar seorang bocah merintih di kolong jembatan
Di antara sela-sela barang bekas dan besi karat
Yang ia punggut di jalan-jalan
Tak kurasakan kota sepi
Kendaraan-kendaraan setiap waktu memenuhi jalan raya
orang-orang berjalan sendiri-sendiri
seakan mengejar bayang-bayangnya sendiri
Gendhong, 2015
Sajak Cermin
Berkacalah sepenuh rasa
Agar kau tahu luka cita
Sedang air mata selalu bersalin duka
Pada perjumpaan yang menjadikanmu tiada
Gowok, 2015
Secangkir Kopi
Minuman macam apa yang membuatmu betah di warung ini, katamu
Kudengar suaramu yang lain
Ketika bulu rindu ini merunduk cemburu
Di warung ini, kuhabiskan sisa perjalananku
Sebagai pemburu malam yang kelabu
Dengan secangkir kopi pekat hitam
Kopi di depan kuseruput pahit sekali
Dan kucium aromanya bau keringat petani
Dia menggertak tanah di ladang
Sebelum berangkat dan pulang
Aku tersentak ketakutan
Sebab kopi di cangkir habis aku telan
Kini sudah tinggal ampas yang tesisa
Di negri ini, kubayangkan ladang rimbun pohon kopi
Semua rakyat berkerja sebagai petani
Kudengar angin menagih upah kerja
Aku tak bisa tidur sebab pahit kopi masih kurasa
Gendhong, 2015-08-19
Kekosongan
Lampu-lampu menyala di sepanjang jalan
Kendaraan-kendaraan melaju secepat bayang
Dan kulihat bulan yang sendiri
Berselimut kabut sepi
Kubuka jadwal keberangkatan
Menuju rumah impian
Namun, jarum jam menunjuk angka yang terus berbeda
Tapi, engkau memujukku untuk berjumpa
Kunyalakan api rindu
Di dadaku yang membeku
Dan kucium harum parfummu
Pada setiap angin yang menderu
Gendhong, 2015
Yayan Dei Legung, Lahir pada 23 Juli 1994 di Sumenep, Madura. Sekarang belajar di Jurusan Bahasa dan Sastra Arab. Bergiat di Sanggar Nuun Yogyakarta dan Lesehan Sastra Kutub Yogyakarta (LSKY) PP. Hasyim Asy’ari Sewon Bantul Yogyakarta.