Menunjang UIN Suka sebagai kampus inklusi, PLD adakan pelatihan bahasa isyarat bagi dosen dan karyawan. Sayangnya, antusias dosen dan karyawan dalam mengikuti pelatihan masih kurang.
Lpmarena.com, Guna menunjang kebutuhan mahasiswa tunarungu, pada 12-16 Oktober 2015 Pusat Layanan Difabel (PLD) mengadakan pelatihan Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo). Pada Jumat (16/10), pelatihan diisi oleh Adhi Kusumo Bharoto, tunarungu profesional bidang linguistik yang telah memiliki jam terbang hingga Jepang dan China. Pelatihan yang ditujukan kepada dosen dan pegawai perpustakaan UIN Suka ini bertempat di Canadian Corner lantai 3 perpustakaan UIN Suka.
Siti Aminah, dosen jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) mengungkapkan jika kegiatan ini sebagai sarana capacity building (pembekalan dan pemberdayaan) untuk sahabat inklusi, termasuk dosen di dalamnya. Hal ini menjadi konsekuensi logis dari gelar “kampus inklusi” yang disandang oleh UIN Sunan Kalijaga. Yakni memfasilitasi dan menjamin aksesibilitas mahasiswa difabel.
“Kalau mahasiswa tunanetra kita fasilitasi dengan komputer suara (aplikasi jouce), nah untuk tunarungu kita fasilitasi apa?,” tanya Aminah yang juga relawan PLD. Berangkat dari pertanyaan tersebut, PLD meninjau ulang langkah apa yang harus diambil.
Mengingat dari 52 mahasiswa difabel UIN Suka, terdapat kurang lebih 15 mahasiswa tunarungu. Dosen yang mengajar difabel menginginkan adanya pelatihan bahasa isyarat untuk dosen dan karyawan. Kemudian dari hasil Focus Group Discussion (FGD), terwujudlah pelatihan Bisindo perdana kali ini.
Materi-materi yang diberikan selama 2-3 jam pelatihan yakni: (1) Isyarat abjad dan perkenalan diri dengan bahasa isyarat. (2) Isyarat buah-buahan dan warna. (4) Isyarat hubungan keluarga dan relasi lainnya. (4) Isyarat aktivitas sehari-hari.
Partisipasi Kurang
Sangat disayangkan sedikitnya partisipan yang hadir dalam Bisindo. Dari 40 pendaftar, hanya 15 orang yang hadir. Apalagi pada hari terakhir pelatihan, Jum’at (16/10), hanya tiga dosen relawan dan tiga pegawai perpustakaan yang datang.
Menurut Aminah, hal ini berkaitan dengan kesibukan jadwal para dosen. Dari evaluasi FGD yang dilaksanakan pada tiap semester, pelatihan bahasa isyarat selalu gencar digadang-gadang. Namun, selalu terhalang oleh waktu, mengingat para dosen yang memiliki jadwal mengajar yang padat. Dari pihak PLD sebenarnya berniat melaksanakan pelatihan ini pada saat UTS semester gasal, tetapi pemateri yang justru tidak bisa hadir pada hari-hari tersebut.
Meski yang hadir belum maksimal, Ismi pegawai perpustakaan yang turut menjadi peserta pelatihan berharap pelatihan lebih kontinu. “Menyenangkan. Harapannya ya lebih sering, lebih lama, karena selama empat hari ini baru dasar-dasar. Harus sering dilatih agar tidak lupa,” tanggapan Ismi. (Try Kurnia SH)
Editor: Isma Swastiningrum