Oleh: Doel Rohim*
Sadar
Berjalan kau tanpa harapan
Berdiam di sisi keterasingan
Sendiri, kau mulai meratapi malam
Berdialog hanyalah suatu angan
Yang tak kunjung direalisasikan
Melihat keadaanmu
Kau, bagai robot buatan Jepang
Memorimu diisi progam keniscayaan
Hatimu dipenuhi kebencian
Matamu dibutakan
Gerakmu dibelenggu
Mulutmu dibungkam
Kau tak sadar atau tak mau sadar
;ucapku
Apa kau, memilih itu sebagai bentuk kepasrahan
kau pecundang
tak mau melihat dirimu sendiri,
Diri yang bebas untuk menilai dunia yang menjadi pijakan
itu bukti kau ada
Kapan kau akan sadar?
Kesadaran bukan dari diam dan bisu
Tapi, dari mendengar, melihat
dan mengucapkan
Yogyakarta, 2015
Celoteh Penindasan
Angin menembus dadaku di pagi itu
Celoteh burung gereja mulai hadir
Dalam kelas; yang katanya kelas pembebasan
Aku mulai tak nyaman
Celoteh berdengung penuh kebohongan
Mataku semakin layu dan bosan,
Kupejamkan saja
Semakin dalam mata terpejam
Semakin kurasa kata yang dia ucapkan
Kata menjijikan
Untukku yang butuh kebebasan
Bullshit!
Celoteh hanya fatamorgana
Di ujung-ujung aspal yang digerogoti kroninya
perkataannya bagiku bagai racun mematikan
Burung itu, tetap dengan gayanya
Menyampaikan realita tak semestinya
Burungpun hinggap di kepalaku
Dengan tai busuknya
Yogyakarta, 2015
*Penulis belajar menjadi diri sendiri yang bebas dari intervensi kehidupan yang hanya butir-butir kebohongan. Manusia yang berdaulat akan makna hidup yang selalu menyatu dengan alam dan kehidupan sekitar.Â