Home BERITA Konsolidasi Mengkritik Pendidikan yang Eksklusif

Konsolidasi Mengkritik Pendidikan yang Eksklusif

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Lpmarena.com, Selain mengadakan syukuran di miladnya ke-26 (baca: Konsolidasi Gerakan di Milad KMPD Ke-26) Keluarga Mahasiswa Pecinta Demokrasi (KMPD) juga menggelar diskusi terbuka antar tamu undangan dari berbagai gerakan yang hadir. Konsolidasi membahas persoalan bersama mengenai pendidikan. Diskusi yang dipandu oleh kepala suku KMPD, Rian Budiarto ini diadakan di pendopo LKiS, Sorowajan, Kamis (10/12).

Membahas pendidikan tak bisa dikaji secara sendiri. Hal ini diungkapkan oleh Khairul Amri dari LPM Arena bahwa ada unsur lain yang mempengaruhi pendidikan seperti ekonomi dan sistem politik. “Pendidikan sentralistik sangat kental di lapangan. Ide alternatif sulit mencuat ke permukaan. Untuk meruntuhkannya tak bisa sendiri,” ujar Amri.

Berbeda dengan Amri, menurut Opik anggota KMPD, pendidikan sekarang semakin hari semakin eksklusif. Pilihannya ada dua: tenggelam atau menunggangi gelombang. “Perlu ada suatu pemetaan agar persoalan lebih jelas. Kita susun bersama agar tak kaku,” kata Opik yang juga memiliki ide ingin menyebarkan mimpi buruk agar membuat orang sadar.

Kondisi eksklusif diperparah dengan kecurigaan besar pada orang lain. “Kita selalu curiga, di internal saja saling curiga. Semoga forum ini nggak seperti itu,” ujar Makin, anggota KMPD. Hal ini diamini oleh Opik, “kita pecah hanya soal sepele, nggak mutu, tapi riil.”

Bagi Makin juga, pendidikan alternatif tak sekedar diskusi. Seseorang menjadi guru untuk orang yang belum tahu tentang sesuatu. Terkadang apa yang dibicarakan tak menemukan titik temu, lalu terjerumus ke hal gelap.

“Ketika bicara pengetahuan, ada yang lain. Ada konsep yang diaplikasikan. Kalau cuma jadi konsep buat apa? Nambah keruwetan dalam otak, baik sendiri atau berjamaah. Semoga forum ini tidak seperti itu. Konsolidasi tak hanya berhenti di malam ini saja.” ujar Makin.

Reporter dan Redaktur: Isma Swastiningrum