Home CATATAN KAKI Masih Soal KRS

Masih Soal KRS

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Oleh : Ajid Fuad*

UIN (Universitas Insyaalloh Negeri) Sunan Kalijaga adalah salah satu kampus Islam di Yogyakarta yang kepengen berstandar internasional, atau tepatnya memaksakan kestandaran internasional. Seperti yang sempat dikampanyekan wacana World Class University oleh birokrasi kampus di seminar-seminar agak resmi, kemudian dipamerkan di situs resmi uin-suka.ac.id. Yang pasti bukan lpmarena.com, karena kayaknya mustahil Arena membagus-baguskan UIN, bisa jadi malah haram hukumnya, entah alasanya apa, mungkin saja dendam sejarah.

Yang menjadi menarik dan yang menjadi spesial dari mahasiswa UIN Sunan Kalijaga adalah ada masa di mana mahasiswa di tes kesabaran, keimanan, dan kemilitanannya menjadi mahasiswa yang baik dan budiman. Masa-masa itu selalau ada pada setiap semester, baik genap maupun ganjil, dan tidak mungkin bisa ditolak atau dihindari bagi setiap mahasiswa UIN mulai semester sedikit sampai semester agak banyak, dari yang hobi kuliah sampai yang hobi ngopi. Entah apa yang menjadi penyebabnya, entah sejak kapan musuh besar tiap semester bagi mahasiswa ini dimulai, wa allohua’lam bissowaf.

Jadi begini kronologinya, tiap-tiap setelah UAS (Ujian Agak Serius) mahasiswa UIN selalu disibukkan dan dibuat waktu ngopi-nya sedikit banyak terganggu. Waktu liburan UIN adalah dua minggu sebelum UAS, sebut saja hari tugas, kemudin tiga minggu setelah UAS, sebut saja semacam hari libur. Pada saat liburan hari tugas, mahasiswa tentunya disibukkan dengan tugas-tugas dan jam pengganti dari dosen yang bisa jadi jarang masuk kuliah. Khusnudhon saya, ada banyak kepentingan- kepentingan yang menyangkut hajad hidup rakyat UIN, mudah-mudahan benar.

Tugas-tugas dan jam pengganti tersebut dibuat karena dosen yang terhormat absen beberapa minggu pada saat kuliah berlangsung. Alhasil mahasiswa yang menjadi korban ketidakhadiran dosen. Kemudian permasalahan pengisian kuisioner, mahasiswa dipaksa mengisi kuisioner pada saat menjelang semester, baik mahasiswa tersebut aktif masuk kuliah atau jarang kuliah. Mengapa menggunakan bahasa dipaksa? Karena dosa dari tidak mengisi kuisioner adalah terancam nilainya tidak bisa dilihat, otomatis menghambat semester selanjutnya, khususnya yang akan melakukan KKN, pengabdian pada masyarakat, katanya. Belum jelas apakah hasil kuisioner tersebut menjadi bahan evaluasi tiap semester atau hanya menjadi rutinitas semata, yang jelas perkuliahan tak banyak berubah, tetaplah membosankan seperti biasanya.

Pada masa liburan pasca UAS, atau sebut saja semacam liburan, menjadi hal yang lumrah ketika mahasiswa UIN curhat pada sosmed-nya masing-masing, Fesbuk, Twitter, BBM, atau semacamnya. Hal tersebut terjadi karena tak sedikit mahasiswa yang menjadi korban keganasan UKT. Masih banyak mahasiswa yang notabene-nya kurang mampu mendapatkan biaya kuliah yang cukup tinggi. Mahasiswa harus memikirkan biaya kuliah dalam waktu kurang dari sepuluh hari (jika pembayaran semester genap), “Apabila mahasiswa yang tidak melakukan registrasi pada tanggal tersebut, maka dianggap cuti akademik,” kurang lebih begitulah peringatan dalam SIA mahasiswa. Padahal selain tidak tepat sasaran-nya UKT, mahasiswa juga kesulitan pada saat melakukan transaksi pembayaran uang kuliah di Bank. Kurang lebih butuh waktu 10 menit tiap mahasiswa melakukan transaksi pembayaran, hal tersebut dikarenakan sistem akademik UIN sedang sibuk. Itu saja kalau pas bejo bisa, kalau pas waktu offline ya wasalam.

Setelah masalah pembayaran selesai, mahasiswa masih harus berhadapan dengan bencana besar, yakni pengisian KRS. Pengisian KRS dilakukan setelah mahasiswa melakukan pembayaran. Pengisian KRS dibagi tiap-tiap fakultas dan program studi, katanya biar pengisian KRS lancar (tidak lemot), tapi ya begitulah kenyataannya. Mahasiswa berlomba-lomba cepat-cepatan melakukan pengisian KRS, harapanya biar dapat jadwal kuliah yang asik dan syahdu, yang terjadi bukannya berlomba tapi malah sahut-sahutan status di medsos akibat susahnya input KRS. Karena mahasiswa UIN yang tergolong mahasiswa kreatif, progresif, revolusioner malah menjadikan momen input KRS menjadi momen pasang meme dan setatus sindiran, baik yang gaya romantis sampai yang radikal. Tapi tak sedikit mahasiswa yang rela berjam-jam menunggu dengan telaten dan penuh kesabaran, walaupun tetap saja berujung dengan kekecewaan.

Persoalan tadi sepatutnya menjadi bahan evaluasi serta perbaikan dalam segala aspek akademis maupun non akademis, bukan hanya menjadi kampus yang indah namanya namun tak pernah tampak keindahanya.

*Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Usuluddin jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.