Oleh: Rudi Santoso*
KEMATIAN
Pagi memuncratkan nanah, mengupas kulit tubuhnya di bawah matahari
Burung-burung melupakan duha dengan imaji bersangkar besi
Senja berbau busuk
Bulan menjadi busung, menggelapkan batin
Apa yang harus kita nikmati?
:dari pagi yang telah memuncratkan nanah
Apa yang harus kita tangisi?
:dari senja berbau busuk
Apa yang akan kita telanjangi?
:dari bulan yang dadanya busung dan menggelapkan batinnya
sendiri
Manusia adalah nanah
Manusia adalah air mata
Manusia berbau busuk
Sedangkan Tuhan merindukan cinta dan kasih sayang
Yogyakarta, 2016
DIALOG NEGERI AWAN
Berapa hutang negerimu?
Negeriku tidak punya hutang
Karena tidak ada yang perlu dibiayai
Selain malam minggu bersama para wanita malam
Berapa banyak rakyat menderita di negerimu?
Di negeriku tak ada rakyat menderita
Karena di negeriku tak ada yang mengumbar janji
Apakah di negerimu ada pejabat korupsi?
Negeriku tanpa pejabat
Tanpa suap-menyuap
Tak ada yang mengkerdilkan orang kecil
Apakah ada perselisihan antar agama di negerimu?
Negeriku bersih tapa berselisih
Agama hanyalah kebenaran dan keyakinan
Bagaimana hukum di nergerimu?
Hukum tetaplah hukum
Berlaku pada yang salah
Yogyakarta, 2016
MELAWAN MAUT UNTUK NEGERI
“Anak istri mereka tinggalkan
Rindunya terbuai
Selain senapan,
Doa istri, anak, dan orang tua
Selalu meraka bawa pada medan perang
Sebagai mukjizat tuhan”
Gelombang laut yang besar
Angin mengibaskan perahu layar
Ikan-ikan berlarian
Nun jauh pada wajah laut
Terlihat perahu dengan penumpang
Berbaju belang
Bukan wisatawan
Bukan pula para nelayan
Mereka pahlawan negeri
Mengamankan dari luka dan duka Indonesia
Negeri berlimpah kekayaan
Rempah-rempah, tambang emas, laut membentang
Lawan-lawan mendekat sudah
“Tugas kami membela, menjaga negeri tercinta
Dari para pemberontak dan pihak asing”
Yogyakarta, 2015
*Penulis lahir di Sumenep, Madura, 30 November 1993. Mahasiswa Sosiologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Beberapa karyanya terbit dalam buku antologi bersama puisi dan cerpen, seperti Surat Buat Presiden (2015), Korupsi Asap (2016), Wanita Serupa Cahaya (2015), dan juga dimuat di berbagai media cetak. Berdomisili di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pendiri komunitas sastra Blangkon Art Jogja.