Lpmarena.com, Pernyataan yang pernah diutarakan oleh Ir. Soekarno tentang status negara Indonesia yang berdikari, ternyata mengalami stagnasi panjang pasca lengsernya Soekarno dari kursi pemerintahan. Terlebih era Orde Baru sama sekali tidak memberikan angin segar bagi rakyat Indonesia untuk mengolah perekonomian negara sendiri. Yang ada pemerintah Orde Baru justru berselingkuh dengan modal asing, sehingga realita hari ini, perekonomian Indonesia masih jauh dari kedaulatan, oleh karena itu kita harus melawan.
Hal ini yang dipaparkan David selaku biro kajian Epistemic dalam sambutannya pada diskusi rutin yang diselanggarakan Epistemic dengan mengambil tema “Analisis Pemikiran dari Mao Zedong ke Marcuse”. Diskusi dilaksanakan di Pendapa LKIS, Sorowajan Yogyakarta, Kamis (17/03).
Nur Sayyid Santosa Kristeva selaku pembicara menyatakan jika dilihat dari cara pandang Marxis, problematika sosial Indonesia disebabkan karena penguasaan alat produksi oleh pihak asing, sehingga Indonesia tak bisa mengelola sumber daya alamnya sendiri. “Spirit Marxis di Indonesia mesih sangat penting dan relevan untuk memantik perjuangan kelas, karena termasuk salah satu upaya yang paling efektif dalam mengurai problem sosial di Indonesia,” katanya.
Selanjutnya, Nur Sayyid mengaku bahwa membangun kesadaran kelas bukanlah hal yang mudah, karena kaum ploletariat di Indonesia banyak yang belum sadar akan ketertindasannya. Hal ini disebabkan oleh kemampuan kapitalis yang lihai memperbaiki diri dalam berbagai situasi. “Oleh karena itu, berangkat dari pemikiran Mao Zedong, maka untuk membangun kesadaran kelas menuju revolusi perlu melakukan pembacaan yang jeli terhadap kondisi kaum proletariat dengan alasan kondisi kaum proletariat di berbagai negara tidak sama,” tutur Nurnya.
Reporter: Afin Nur Fariha dan Dewi Anggraini
Redaktur: Isma Swastiningrum