KAMI HAMPIR MATI DAN SUDAH TERJUAL
Kaki-kaki jalanan yang masih belia
Dirampas jam bermainnya
Dibarter dengan segenggam gula-gula
Kepada peti barang-barang paket
Mereka diberi beban mengusung
Sambil diiringi musik kematian harga seonggokan diri
Mereka mati terusung bersama gula-gula penawar hati
Mata-mata lentik yang masih dara
Dirampas jam nontonnya
Dengan dibayar pelengkung bulu mata
Demi menggali selokan-selokan, tempat aliran kebusukan
Sambil tetap diiringi musik kematian yang hanya diubah judulnya
Kami Hampir Saja Mati Terjual..
Yang sebagiannya malah berteriak,
“Sebagian judulnya sudah dihapus paksa
Karena judul sesungguhnya
Kami Sudah Selesai Terjual..”
Maumere, 13 Desember 2014
MILIK KITA
Tangan itu tak sanggup menepis lengan yang kuat,
yang membopong paksa cita-cita dan menghapusnya
dengan seonggokan lembar mulia.
Lengan kuat yang memasukkan tubuh lemah ke mulut busuk berbau.
Kaki itu tak sanggup membawa tubuhnya sendiri pergi jauh
Untuk meneriakkan luka pada harga diri yang disembelih.
Sentuhan lemah itu tak mampu meredakan nafsu dari hati
Yang memotong sehelai mimpi dan membakarnya dengan cahaya berlian.
Hati penuh nafsu yang merendam tubuh lemah pada lumpur dekil.
Bibir itu tak sanggup bergerak hingga datang bunyi
Untuk meredam nafsu dari hati.
Kita tak ada rasa?
Biarkan lengan berbalut lembar-lembar mulia menghabiskan dengan lahap mimpi cita mereka?
Kita ada rasa?
Jika mereka juga seperti kita?
Kita merasa?
Derita mereka milik kita juga?
Maumere, 6 Desember 2014
PUTRA NIRON, tinggal di wisma St. Agustinus Ledalero. Giat di Komunitas Arung Sastra Ledalero (ASAL). Jika ingin menghubunginya bisa lewat akun facebook dengan nama akun Putra Niron atau email: putraniron@ymail.com; pu7raniron@gmail.com.