Lpmarena.com, Tepat tanggal 1 Mei diperingati sebagai Hari Buruh di seluruh dunia. Massa buruh yang tergabung dalam Aliansi Buruh Yogyakarta (ABY) dan Aliansi Rakyat Pekerja (ARP) melakukan long march dari Tugu Yogyakarta, Jalan Malioboro, hingga puncaknya di Titik Nol KM Yogyakarta. Minggu (1/5), tahun ini massa memperjuangkan hak-hak kesejahteraan buruh dan hak-hak memperjuangkan demokrasi.
Terkait kesejahteraan, bagi Fery Taufik Ridwan dari Social Movement Institute (SMI) buruh saat ini masih belum hidup layak, bahkan digaji di bawah UMR. “Mengenai status kerja, mengena PHK, hanya ditanggapi sepihak. Lalu di mana posisi pemerintah? Mereka mendukung kapitalisme. Kita bicara demokarasi secara politik dan ekonomi,” kata Fery.
Hal ini senada dengan yang disampaikan massa aksi lainnya, Tengku Harja Irvan. Menurut Tengku buruh dijadikan sebagai keunggulan komparatif dalam persaingan jasa kontrak global dan regional. Itu kenapa upah buruh sekarang rendah. Buruh telah menjadi objek kapitalisme, itu terbukti di podium demokrasi yang ada di Indonesia.
“Problem demokrasi kita, PP 78 yang membatasi upah buruh yang tak lebih dari 10%. Persoalan-persoalan yang masih banyak, sudah saatnya kita giat mengorganisir, besok akan terus berjuang dalam pintu-pintu politik,” kata Tengku.
Perjuangan dalam hak-hak demokrasi ini juga dikritik oleh Sofyan Hidayat, massa aksi dari Perjuangan Mahasiswa untuk Demokrasi (PMD). Buruh tidak mampu memperjuangkan persoalannya, karena dikuasai partai elite poitik. “Memperjuangkan hak yang dirampas korporasi dan elit-elit saat ini. Memajukan kaum buruh, kaum petani yang dilumpuhkan rezim,” kata Sofyan.
Sofyan memperingatkan agar pesartuan buruh jangan sampai ditunggai kaum elit. Baik elit dari borjuasi nasional maupun internasional. Baginya, persatuan buruh harus lahir dari rahim buruh itu sendiri. Bersama melawan kapitalisme nasional dan kapitaliseme internasional. “Hati-hati dengan persatuan kaum buruh. Bukan saja hanya sebatas berpendapat, tapi menetukan arah perjuangan persatuan itu sendiri,” lanjut Sofyan.
Dalam kesempatan ini pula sebagai wujud peryataan sikap berdemokrasi, Tengku Harja Irvan mewakili massa mendeklaraikan ormas buruh dan rakyat Indonesia. Yang berbunyi, “Deklarasi: Atas nama Tuhan Yang Maha Esa, kami buruh Indonesia, buruh mahasiswa, kaum muda, kaum perempuan, rakyat kecil Indonesia dengan ini mendeklarasikan organisasi massa dengan nama Rumah Rakyat Indonesia. Ormas ini didirikan untuk memperjuangkan demokrasi dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Hal-hal yang mengenai kebutuhan umum, kursi-kursi, dan kebutuhan lainnya. Akan disahkan dengan cara yang seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.”
Reporter dan Redaktur: Isma Swastiningrum