Lpmarena.com, Aksi Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) oleh Gerakan Nasional Pedidikan, Senin (02/05) berlangsung di sepajang perjalanan dari Jl. Abu Bakar Ali hingga Nol KM. Pendidikan era saat ini telah menciptakan mahasiswa mekanis. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh salah satu massa aksi Khairul Amri bahwa pendidikan saat ini pendidikan ciptakan sarjana robot.
“Sampai sekarang saya bisa mencium bau-bau calon sarjana mekanis, calon-calon sarjana robot. Kita di kampus hingga saat ini masih bisa merasakan pelarangan berpikir sendiri,” ungkapnya dalam helatan long march Hardiknas, Senin (02/05).
Amri yang juga menjelaskan keadaan pendidikan di Indonesia saat ini telah gagal mencerdaskan rakyatnya. “Saya katakan bahwa negara kita saat ini itu tidak sukses mendidik seluruh rakyat di penjuru tanah air. Karena faktanya masih banyak kawan-kawan kita yang tidak bisa sekolah,” jelasnya.
Amri juga kecewa karena ketidakhadiran pemerintah (Yogyakarta) dalam aksi Hardiknas tahun ini “Jika pemerintah tak ada di sini, semoga ada arwah-arwah yang mampu menyampaikan salam kita kepada mereka,” tutupnya.
Melihat keadaan demikian, Bayu dari Forum lembaga Legislatif Mahasiswa Indonesia (FL2MI) menyerukan kepada massa aksi untuk terus menyuarakan yel-yelnya. “Jokowi-JK antek kaum modal,” tegasnya.
Chaos
Bayu menyesalkan karena Hardiknas dari Jl. Abu Bakar Ali – Nol KM ini diwarnai chaos dengan aparat kepolisian. Aksi awalnya berjalan dengan tenang tak berlangsung lama, hingga akhirnya saling kejar antara massa aksi dengan aparat kepolisian.
Koordinator umum yang berada di mobil komando menginstruksikan kepada massa aksi supaya tidak mudah terprovokasi. “Hati-hati provokasi” yel yang dilantangkan. Walaupun sudah ditegaskan, massa aksi tak turut berhenti melakukan bentrok dengan aparat yang berjaga.
Massa aksi yang terjadi kejar-kejaran dengan aparat menerikkan tututannya untuk membebaskan temannya yang ditangkap polisi. “Kepolisian yang seharusnya melindungi rakyat, malah merepresif rakyat,” ungkap Bayu.
Reporter: Anis Nadhiroh
Redaktur: Isma Swastiningrum