Home - ASP Tuntut PP Muhammadiyah Atasi Kasus Poros

ASP Tuntut PP Muhammadiyah Atasi Kasus Poros

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Lpmarena.com, Pembungkaman media dalam menyuarakan kebebasan berekspresi terjadi lagi. Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Poros dibekukan oleh pihak birokrasi kampus Universitas Ahmad Dahlan. Hal ini memicu berbagai pihak untuk bersatu membangun solidaritas. Jum’at (6/05), Aliansi Solidaritas Poros (ASP)  yang terdiri dari Keluarga Besar Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) Kota Yogyakarta beserta aktivis pers mahasiswa lainnya  melakukan aksi pengecaman atas pembekuan LPM Poros di depan gedung Pimpinan Pusat  (PP) Muhammadiyah .  Aksi tersebut berlangsung  dari pukul 14.30 WIB.

Muhammad Isra Mahmud, sebagai kordinator umum menuturkan bahwa aksi pembekuan terhadap LPM Poros sangatlah mencederai kebebasan berekspresi, terkhusus lembaga Muhammadiyah yang menaungi kampus UAD. Seluruh kegiatan Poros yang dibekukan tanpa adanya Surat Keputusan (SK) pembekuan secara tertulis dirasa menyalahi. “Ini kan sangat tidak masuk  akal, SK aja belum turun,” tandasnya.

Pembekuan terhadap LPM Poros dinyatakan oleh Abdul Fadlil, selaku Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan. Tertanggal pada Rabu, 27 April 2016. Seluruh kegiatan yang mengatasnamakan LPM Poros tidak bisa dilakukan di kampus UAD. Seperti peminjaman tempat dan pencairan dana kemahasiswaan tidak bisa diproses lanjut.

Dalam aksi tersebut, ASP menuntut PP Muhammadiyah untuk turut andil menangani kasus yang terjadi di lembaga yang dinaungi, yaitu kampus UAD.  Beberapa tuntutan yang dihadirkan yaitu. Pertama, menolak diskriminasi kepada pers mahasiswa di kampus. Kedua, menolak pers mahasiswa Poros UAD dibredel, karena mengancam kebebasan beraspirasi bagi intelektual kampus dan mengancam tentang keterbukaan informasi intra kampus. Ketiga, membatalkan Surat Keputusan (SK) pembekuan LPM Poros UAD. Keempat, pimpinan pusat Muhammadiyah harus menegur birokrat kampus UAD, karena birokrat kampus telah melakukan perilaku yang mencoreng intelektualitas para kaum akademisi. Kelima, birokrat UAD harus meminta maaf kepada LPM Poros.

Sampai akhir aksi, pemimpin PP Muhammadiah tidak ada satupun yang datang menemui massa aksi. Hanya beberapa staf yang bersedia hadir. Massa aksipun berjanji akan kembali lagi untuk menemui pemimpin PP Muhammadiyah. Aksipun dilanjutkan dengan berjalan menyusuri jalan Cik Ditiro, Yogyakarta.

Reporter: Agus Teriyana

Redaktur: Isma Swastiningrum