Surat terbuka untuk bapak Rektor UIN Sunan Kalijaga…
Setelah kebijakan NKK/BKK kami dipasung dalam ruang sempit yang bernama kelas. Kenapa kami juga dilarang belajar bebas dan eksis secara akademik? Yang saya tahu kampus bukan kandang sapi.
Salam sejahtera kami sampaikan kepada beliau bapak Yudian yang baru saja dilantik menjadi Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Kami ucapkan selamat dan terima kasih telah menyempatkan waktu luangnya untuk mengisi kursi jabatan yang telah berapa bulan terakhir tidak ada yang menduduki.
Alhamdulillah, dengan segalah puji saya haturkan kepada Allah bahwa terpilihnya bapak adalah rahmat bagi kami. Disebabkan UIN bukan lagi pemerintahan komunis ala marxis ortodoks lagi, yang meng-idealkan masyarakat tanpa jabatan kelas. Setidaknya kami terselamatkan dari tudingan komunisme gaya baru itu.
Bapak yang terhormat!
Tentunya bapak sebagai pemimpin tahu bagaimana menjaga nama baik, tahu fungsi akademik dan fungsi mahasiswa sebagai orang terdidik. Dan bapak juga harus mengerti total bahwa upaya kegiatan mahasiswa adalah upaya humanisasi sesuai dengan cita-cita Tri Dharma perguruan tinggi, dan itu semua saya menyebutnya sebagai “proses kesadaran intelektual” yang perlu bapak pertahankan dari kami.
UIN Sarang Komunis
Hari ini kami dihadapkan dengan situasi yang tidak mengenakkan hati, di mana ketakutan setiap hari terus menghampiri, ada perasaan luka dan kecewa yang terus membayangi kami. Seperti halnya, ketika kami melakukan kajian akademik yang agak menjurus pada humanisme sosial. Semisal, peristiwa 65, film Senyap, Jagal, Pulau Buru atau tentang LGBT, kami dituding kiri, pemberontak pada negara dan melanggar aturan akademik. Apa iya?
Tidak hanya itu, ada teman saya yang tak perlu saya sebutkan namanya. Ia melakukan advokasi pembelaan pada pembangunan bandara Temon Kulon Progo lalu dimasukkan penjara. Serta seruan mahasiswa yang menyuarakan suara rakyat kecil di sepanjang Jalan Solo, Nol Kilometer, dan Tugu dihadang oleh aparat dan disemprot dengan gas air mata. Hingga mata kami meleleh denga air mata sederas tangisan orang yang kami bela.
Apa sikap bapak sebagai pemimpin? Jika hal serupa kembali di lontarkan oleh Kivlan Zen pada acara kajian terkait Pulau Buru di Joglo Ar Rohman, Bratan, Panjang, Lawean pada Senin (23/5/2016) bahwa UIN adalah sarang komunis, termasuk UIN Sunan Kalijaga.
Saya yakin bapak orang hebat punyak naluri kemanusian dan keperpihakan yang jelas pada kebenaran. Apakah bapak tidak malu UIN Sunan Kalijaga yang kita cintai dituding sarang komunis? Apakah bapak mau disebut sebagai pemimpin komunis? Sudah seharusnya menurut saya bapak mengambil sikap ke publik terkait tudingan Kivlan Zen, karena itu semua merupakan pencemaran nama baik.
Pengadilan itu baik bagi mereka bapak, jika UIN terus-terus disebut sarang komunis berhati-hatilah kita semua masyarakat UIN. Sejarah pembantain atas nama ideologi politik militer akan kembali bergema. Kivlan Zen sudah membentuk bala tentaranya pada simposium anti komunis di Jakarta, gerakan mahasiswa PMII dan HMI terlibat didalamnya, dan itu artinya mereka menantang perguruan tinggi yang bebas secara akademik.
Bapak yang terhormat!
Saya tidak peduli dengan proses bapak terpilih menjadi rektor kami di UIN Sunan Kalijaga, tapi yang saya tahu bapak adalah rektor yang siap melindungi mahasiswanya dari belbagai kegiatan akademiknya. Tidak ada yang lebih indah bagi kami (mahasiswa) bapak, selain mengekspresikan diri, peduli sosial, berada di depan orang yang lemah dan melawan tirani sebagai fungsinya.
Saya tahu, jika bapak orang yang paling sibuk semenjak jadi rektor, mengurusi penerimaan mahasiswa baru, serta ijazah mahasiswa yang belum ditandatangani. Senaif itukah bapak sebagai rektor? Menjadi kuli tanda tangan mahasiswa. Adapun Kivlan Zen, tidak henti-hentinya menyebut UIN sarang Komunis bapak tidak tanggap. Orang tua itu sudah mulai tidak stabil dan anak buahnya terlalu fanatik, memang terkesan susah menghadapi orang konservatif seperti mereka, tapi ini semua kita harus sikapi dengan sehat. Konsensus bapak!
Ayumi, 2 Juni 2016; 17.00 WIB
Muhammad Faksi Fahlevi