Lpmarena.com, Semanu merupakan salah satu kecamatan di kawasan Gunung Kidul, Yogyakarta ─tepatnya dekat dari kota Wonosari. Di hari Minggu, 29 Mei 2016 mulai menjelang siang, tampak sekumpulan remaja mendatangi balai Desa Tunggul Timur, Kecamatan Semanu, tidak lain tujuan mereka hadir untuk mengikuti agenda diskusi pendampingan anak remaja. Terkhususnya bagi anak remaja Semanu yang telah diakomodir oleh kelompok relawan lembaga Rifka Annisa Women’s Crisis Center (WCC).
Tepat pada pukul 10.30 WIB mulai tampak dari anak remaja Semanu menghampiri para relawan untuk langsung berdiskusi. Tema diskusi terkait relasi sehat dan cara meraih impian. Tema diangkatnya hal tersebut dilatarbelakangi dari para relawan menganggap masih kurangnya dorongan dari segi internal anak Semanu dalam merangkai impian mereka.
Fakta tersebut dapat terlihat ketika relawan menanyakan tentang apa saja impian dari mereka dan bagaimana cara mereka menggapainya, dari hasil yang telah didapatkan membuktikan bahwa sekitar 80% dari anak dampingan yang berjumlah 23 orang masih bingung dalam merangkai impian atau cita-cita mereka.
Adapun yang menjadi faktor eksternal adalah kurangnya dukungan dari orang tua. Sebagaimana yang diungkapkan Putri (14) salah seorang anak dampingan. “Sebenarnya saya ingin lanjut sekolah di luar daerah, tapi orang tua masih belum membolehkan,” kata Putri.
Selain itu kurangnya relasi sehat yang dijalankan remaja sehingga berpotensi merebaknya pergaulan bebas anak remaja Semanu. “Telah tercatat empat kasus di awal tahun 2016 ini, salah satu kasus anak SMP yang membuang bayinya karena hamil diluar nikah,” kata Supadi, kepala Dukuh Tunggul Timur.
Selain dari fakta kasus tersebut terdapat juga beberapa fakta kasus yang telah ditangani oleh Rifka Annisa. Di antaranya kasus pernikahan dini dan segala bentuk kasus kekerasan terhadap anak.
Beberapa minggu sebelumnya Ali selaku tim kordinator dampingan Forum Penanganan Korban Kekerasan Perempuan dan Anak (FPK2PA) yang berada di bawah naungan Rifka Annisa WCC telah memberikan gambaran mengenai situasi dan kondisi Semanu. “Penanganan dampingan remaja sangat diperlukan didaerah Semanu, karena permasalahan remaja banyak didaerah sana,” kata Ali.
Anak juga punya hak
Tentunya setiap anak mempunyai hak, sebagaimana penjelasan materi mengenai hak-hak anak tepat di hari Kamis (12/05) disampaikan oleh Norma selaku pihak dari lembaga Rifka Annisa. Dengan membentuk meja melingkar Norma berada di antara para relawan dampingan. “Setiap anak berhak berpendapat, berhak atas tumbuh kembang mereka, dan lingkungannya,” kata Norma. Sembari menjelaskan dua orang relawan mencatat inti dari pembahasan hak-hak anak di kertas plano.
Berlanjut kembali pada sesi diskusi pendampingan, relawan pun membagi 23 anak menjadi beberapa kelompok. Masing-masing kelompok didampingi dua orang relawan, dalam proses diskusi dampingan para relawan mulai menggali tentang apa saja yang anak Semanu cita-citakan.
Tampak masih begitu sulit bagi anak Semanu untuk merangkai tangga impian yang mereka cita-citakan, beberapa dari anak masih terlalu pasif dengan bersikap malu-malu dan bingung. Padahal mereka telah diberikan hak untuk berpendapat seperti yang telah dijelaskan oleh pihak Rifka Annisa, setiap dari mereka berhak menyatakan pendapatnya dalam merangkai impian yang ingin mereka raih. Tetapi tidak hanya mengutarakan pendapat untuk merangkai impian, anak Semanu juga berhak terhadap lingkungannya menjalin relasi sehat dengan orang sekitarnya, sehingga anak terlindungi dari permasalahan.
Sebagaimana kasus anak menjadi korban kekerasan dan pergaulan bebas di Semanu yang telah ditangani pemerintah dan Rifka Annisa, beberapa kasus tersebut sangat mempengaruhi anak Semanu dalam meraih impian mereka. Anak Semanu yang telah hamil di luar nikah teridentifikasi tidak dapat melanjutkan sekolah, bahkan harus menjalani pernikahan secara dini. Saat sesi akhir diskusi dampingan pada hari Minggu (22/05), Danu (16) salah seorang anak dampingan pun menyatakan pendapatnya. “Kita sulit sekolah dan berkumpul bersama teman kalau sudah menikah,” kata Danu.
Menuliskan unsent letter
Sebelum mengakhiri sesi diskusi dampingan, setiap anak dibagikan kertas untuk menuliskan impian yang mereka ingin raih, nantinya kertas tersebut akan dibentuk pesawat. Masing-masing dari anak dampingan Semanu pun mulai menuliskan impian mereka sembari mendengarkan lantunan nyanyian musik klasik yang diputarkan oleh relawan dampingan. Bagi anak yang telah selesai kertas pesan impian yang berbentuk pesawat atau sering disebut unsent letter.
Anak-anak pun mulai berkumpul di depan balai, serentak kertas unsent letter dilemparkan ke atas, suasana riang gembira telah memberikan kesan keakraban. Ada beberapa anak yang juga berlari mengintari lapangan. Anak Semanu sangat mengharapkan impian mereka dapat tercapai dan hak dari mereka dapat terealisasikan.
Yuni selaku ketua PPNU remaja Semanu mengungkapkan kesan dan pesan dari agenda pendampingan diskusi. “Semoga kami bisa menggapai impian seperti kakak relawan sekalian, Kami berharap ada diskusi ini lagi,” kata Yuni.
Reporter: Chaerizanisazi
Redaktur: Isma Swastiningrum