Home - Masyarakat Juga Menjadi Orang Tua

Masyarakat Juga Menjadi Orang Tua

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Lpmarena.com, Berdasarkan data UNICEF pada tahun 2015 sebanyak 2,5 juta anak Indonesia tidak dapat menikmati pendidikan lanjutan, yakni sebanyak 600 ribu anak usia Sekolah Dasar (SD) dan 1,9 juta anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP). Data ini menunjukkan bahwa pendidikan Indonesia kian lama makin terpuruk. Banyak anak-anak generasi bangsa dewasa ini tidak dapat menikmati manisnya bangku sekolah atau kuliah. Sesuai dengan bunyi pasal 31, ayat 1 UUD 1945  bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.

Besarnya angka putus sekolah tersebut akan mengakibat bertambahnya kekacauan sosial, contoh banyaknya komplotan (geng) di tempat-tempat sepi sambil lalu mabuk-mabukan. Bagi Machasin dalam acara khotmil Qur’an Nusantara bertajuk “Al-Quran dan Kesalehan Sosial”, secara sosiologi orang yang diacuhkan seperti orang lemah dan tidak terlindungi (fakir dan miskin) akan menjadi sampah masyarakat,  justru hal itu menyebabkan fitnah. Fitnah di sini tidak diartikan cerita yang mengada-ngada, melainkan dalam artian dapat menimbulkan musibah yang menyebabkan kekacauan sosial yang luas.

“Ajaran Al-Quran memperhatikan orang-orang yang lemah dan tidak terlindungi itu berarti semua warga negara harus memperoleh pendidikan, bukan hanya orang berduit serta bukan hanya orang yang mampu masuk perguruan tinggi saja,” kata Machasin dalam acara yang bertempat di Laboratorium Agama UIN Sunan Kalijaga, Rabu (14/12).

Machasin melanjutkan merosotnya mental dan moral generasi bangsa, khususnya pemuda-pemudi dewasa ini, tidak hanya disebabkan krisis pendidikan yang baik. Selain itu dikarenakan sikap individulisme dan eklusifisme masyarakat Indonesia yang kian akut. Beban pendidikan semua dialih tangguhkan kepada guru dan semua komponen yang ada dalam sebuah instansi pendidikan. Masyarakat Indonesia dan masyarakat kecil (keluarga), angkat tangan dalam persoalan pendidikan semuanya diserahkan kepada instansi pendidikan secara mentah-mentah.

Machasin membandingkan kondisi masyarakat Indonesia dan Jepang. Di dalm mengukur kemajuan Negara Jepang tidak cukup bila dilihat dari produk teknologi canggih yang dihasilkannya saja. Negeri seribu sakura ini mempunyai sistem pendidikan yang sangat mengagumkan. “Majunya pendidikan Jepang dikarenakan masyarakat juga menjadi orang tua, dalam artian setiap orang tua peduli terhadap pendidikan anak-anak, terserah anak siapa saja,” tukas Machasin.

Masyarakat Jepang memiliki tanggung jawab moral terhadap keberlangsungan pendidikan anak-anak. Kesadaran dan kepedulian sosial tinggi yang dimiliki oleh masyarakat Jepang terhadap pendidikan anak-anak menjadi indikator utama kenapa negara seribu sakura ini tergolong negara maju. Seandainya masyarakat Indonesia mengambil sikap masyarakat Jepang. Orang tua tidak hanya peduli terhadap pendidikan anak sendiri melainkan pula terhadap pendidikan anak orang lain (kerabat dekat atau jauh). Maka akan meminilimalisir terjadinya putus sekolah, serta tidak menutup kemungkinan tidak adanya anak yang mendapat kesempatan untuk menjadi buruh.

“Oleh sebab itu Al-Quran menganjurkan kepada umat Islam untuk peduli dan memperhatikan orang-orang yang lemah di sekitarnya. Yang dikenal fuqaraa’, maasakiin, yatim, dan ibnussabil (orang yang menempuh perjalanan jauh),” tegas Machasin.

Magang: Rahmat Hidayat

Redaktur: Isma Swastiningrum