Renungan Tentang Tuhan
Tuhan memberikan pendengaran
Padamu. Untuk mendengar
Detak-detak waktu dan rintik hujan
Tuhan memberikan penglihatan
Padamu. Untuk melihat
Bunga-bunga mekar dan hewan
Tuhan memberikan penciuman
Padamu. Untuk menghirup
Aroma hari-hari dan udara
Tuhan memberikan perasaan
Padamu. Untuk mengerti
Cinta adalah segalanya
2016
Uraian Sinkronisasi
Wayar yang melilit sebatang pohon
Tempat segala benalu mengisap hara
Sebungkus tepung terigu, kita siramkan
Dalam api gelora, tengah membara
Bersama seorang pengelana rimba raya
Harimau, gigi tajamnya, oh taringkah?
Menjilat bekas darah mangsa ketika senja
Rezeki yang tak kemana, ujarnya
Yang terpana adalah kita, yang selamanya
Selalu merisaukan hari hari hari, ternyata
Sama saja: bagai kembara yang ilusi
Dan kembali menari, sesekali bernyanyi
Kantor pos, stasiun kereta api, hotel dan bank
Menjadi relief dalam aliran liur bayi yang
Baru menetas pukul 7 tadi pagi, saat matahari
Baru terbangun dari kegelapan jiwa-jiwa lengang
Dan segenggam harapan akan adanya kisah
Yang mendesah dalam novel yang belum usai
Padahal penulis pun sudah mati, menafsirkan takdir
Kini terpajang, gula, bedak, handphone, modem, sikat
Rapat, pena, gunting, charger, remote tv, kitab suci
Bingung menatap aku: mengerjakan siapa?
 2016
Muhammad Husein Heikal, penulis kelahiran Medan, 11 Januari 1997. Menempuh studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara. Berbagai karyanya termuat The Jakarta Post, Horison, Analisa, Waspada, Mimbar Umum, Pikiran Rakyat, Minggu Pagi, Lampung Post, Riau Pos, Haluan, Sumut Pos, Suara Karya, Rakyat Sultra, dll. Serta termuat dalam buku Merindu Tunjuk Ajar Melayu (Riau Pos 2015), Perayaan Cinta (Puisi Inggris-Indonesia 2016), Perempuan yang Dipinang Malam (Negeri Kertas 2016), Pasie Karam (Temu Penyair Nusantara 2016), Matahari Cinta Samudra Kata (Hari Puisi Indonesia 2016), 1550 MDPL (Pesta Puisi Kopi Dunia 2016) dan Cinta yang Terus Mengalir (Ta’aruf Penyair Muda Indonesia 2016).