Lpmarena.com- Kegiatan batik-membantik terutama batik tulis, identik dengan keterampilan tangan yang dikerjakan oleh perempuan. Tidak menutup kemungkinan jika dilakukan oleh kaum pria.
Di Kecamatan Gondokusuman yang terkenal dengan kesibukan mahasiswa dan jajaran pedagang di sepanjang jalannya, terdapat rumah seorang pembatik yang juga anak dari Soetarno penyuluh batik tulis pertama dari Yogyakarta, ia adalah Bowo Laksono.
Pria kelahiran 13 Desember 1965 ini telah belajar membatik dari bapaknya sejak SMP. Walaupun sempat vacum beberapa tahun karena hidup dengan keluarga baru istrinya di Ponorogo, sekitar tahun 80-an ia kembali ke Yogyakarta untuk menekuni batik sekaligus merawat sang ibu yang telah lanjut usia.
Pada saat itulah kecintaannya kepada batik mulai kembali tersalurkan di sela-sela waku senggangnya sebagai pegawai Perhutani. Beberapa tahun kemudian ia memutuskan mengundurkan diri dari pekerjaan tetapnya dan memilih fokus untuk membatik.
Menurut Bowo, membuat batik tulis adalah sebuah seni tersendiri yang tidak bisa disamakan dengan melukis. Batik memiliki plot-plot dan ketentuannya sendiri sementara melukis lebih bebas. Selain itu pola batik mampu bertahan lama, bahkan pola-pola kuno lebih berharga mahal ketimbang yang baru.
Sampai sekarang ia masih tekun membatik bahkan telah menerima pesanan dari berbagai wilayah di Indonesia. Selain mengerjakan batik tulis dirumahnya, bapak dari dua orang anak ini juga bekerjasama dengan para pembatik di wilayah Yogyakarta seperti di Bayit dan Imogiri.
“Pernah suatu kali ada pesanan sebanyak 50 potong batik. Saya tidak sanggup jika mengerjakannya sendiri, jadi bekerjasama dengan para pembatik di Bayit, Klaten,” ucap Bowo. Ia menyayangkan masih jarang generasi muda yang tertarik untuk belajar membatik dengan canting (batik tulis). Bowo melihat para pembuat batik tulis saat ini rata-rata berusia 40 tahun keatas.
“Supaya mencintai batik ya harus belajar membatik. Mencintai dengan cara membeli dan mengoleksi saja tidak cukup, kurang afdhol istilahnya. Kan bangga kalau pakai buatan sendiri,” tuturnya pada rabu sore (15/2).
Magang: Fikriyatul Islami Mujahidah
Redaktur: Wulan