Home BERITA Perilaku Buruk Masyarakat Terhadap Lingkungan, Sebabkan Kerusakan Alam

Perilaku Buruk Masyarakat Terhadap Lingkungan, Sebabkan Kerusakan Alam

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Lpmarena.com- Sabtu, (18/2) HMPS Pendidikan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta mengadakan seminar lingkungan dengan tema Potensi Kearifan Lokal Dalam Upaya Mendukung Kelestarian Lingkungan.

Seminar yang diselenggarakan di teatrikal Saintek ini selain menghadirkan Totok Protopo pengamat Kali Code, Endro Waluyo dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) DIY, juga menghadirkan Eka Sulistyowati, ahli lingkungan dan dosen pendidikan biologi.

“Berbicara tentang lingkungan, maka kita berbicara tentang manusia yang bisa berkomitmen menjaga lingkungan sekitar. Karena lingkungan bukan hanya milik saya, atau anda sekalian tapi milik kita bersama,” ungkap Totok.

Totok juga menyampaikan bahwa menjaga lingkungan bisa dimulai dengan hal kecil seperti mengganti air kemasan dengan membawa botol sendiri. Dari hal kecil tersebut selain menghemat air juga mengurangi sampah. Mungkin hal tersebut terlihat sepele, akan tetapi jika banyak orang yang melakukan, akan banyak sampah yang berkurang.

Menurut Eka Sulistyowati manusia yang tidak menjaga alam sekitar yang salah satunya lingkungan sungai, akan membuat keadaan ekosistem tersebut semakin hari semakin memburuk. Hingga akhirnya membuat spesies tumbuhan maupun hewan semakin sedikit.

Eka juga menambahkan, tercemarnya lingkungan tersebut dikarenakan berbagai hal, mulai dari masyarakat yang sembarangan membuang sampah,  penambangan pasir, bahkan wisata alam yang berlebihan juga dapat mengganggu keadaan lingkungan sekitar.

Penelitian- penelitian yang telah dilakukan, seperti yang dilakukan oleh Water  Forum  yang didampingi oleh Eka. Yang meneliti tentang ekosistem Kali Code pada tahun 2013, mendapati hanya bagian hulu dan bagian hilir yang terjadi kerusakan ekosistem. Pada waktu itu spesies yang ada masih sangatlah banyak. Akan tetapi pada tahun 2016 dari hulu, tengah, hingga hilir ekosistemnya sudah rusak, bahkan hanya menyisahkan sedikit spesies.

Dari hasil penelitian yang dilakukan Totok tentang keadaan lingkungan di Yogyakarta juga menunjukan pada tahun 2006 lingkungan Yogyakarta masih dalam keadaan hijau akan tetapi dari hasil penelitian terakhir 2016 sudah tidak hijau lagi. Pola lingkungan juga sudah tidak jelas, baik dari pola sungai, perumahan, jalan, dan bangunan-bangunan  yang tak teratur  polanya.

Ketika keadaan alam semakin memburuk, maka generasi muda tidak akan sempat untuk mempelajarinya.“Mau cerita keadaan alam yang seperti apa kepada anak cucu kita ketika alam sudah rusak,” ucap Eka. “ Lingkungan hidup bukan tentang manusia yang dilayani bumi, bukan juga bumi dilayani manusia, akan tetapi saling memahami,” sambungnya.

“Pemerintah dalam mengatasi keadaan lingkungan yang semakin memburuk juga turut andil untuk mengatasinya, akan tetapi hal ini tidak akan bisa terselesaikan jika masyarakat tidak ikut berpartisipasi. Untuk menghadapi hal tersebut antara pemerintah yang memberikan kebijakan, masyarakat juga ikut mendukung dengan melakukannya,” ucap Endro Waluyo.

Magang: Muyassaroh

Redaktur: Wulan