MELIHAT PIANO MELELEH
Kau tesenyum saat All Blues kumainkan pada piano. Lima menit kemudian kau tertawa saat aku masih berimprovisasi. Menikmati kala nada-nada kromatik menyapu wajah tirusmu. Bibirmu megucap satu-dua kata pujian.
Aku terkesima dengan kesetiaan seorang penonton. Melihatmu menikmati musikku, melihatmu menjamah not-notku. Di luasnya dan mewahnya dan megahnya Carnegie Hall, kau duduk seorang diri di lantai terbawah menatap pertunjukanku.
Di antara dua ribu delapan ratus empat kursi kau dudu di salah satunya. Kau bertepuk tangan ketika aku menyemburkan frasa terakhir. Lalu kau berjalan padaku di dalam kesunyian panggung.
Kau genggam tanganku dan kitapun terpesona melihat pianoku meleleh.
Kuala Lumpur, 20 Februari 2017
SOLO TERAKHIR JONI
Ketika Joni sedang tampil di panggung
Acap kali ia dimaki dan dihujat
Sebab tak becus, sebab tak pandai
Sebab tak bisa mencapai altissimo
Lalu Joni mencoba bermimpi
Walau sulit, ia berkeras hati ingin mengkhayal
Ia pun bergelut dalam otak belah kanannya
Menyapa bulan, menyapa matahari
Menyapa galaksi yang tersenyum ceria
Joni tidak puas dengan khayalannya
Ia kembali melompat dan menggapai
Sesampainya ia di atas ia berikrar
Ikrar yang disaksikan alam semesta
“Aku berikrar, inilah solo terakhirku.”
Kuala Lumpur, 18 Februari 2017
MENGAPA TAK ADA MUSISI JAZZ DI LUAR ANGKASA
Aku melantunkan Au Privave dari saksofonku
Jernih, bersih, mulus, dan kadang kromatik
Dan yang keluar bukan not-not
Melainkan cintaku pada kita, mereka, dan yang lain
Dalam hampanya ruang angkasa
Dalam bunyi not yang hadir tanpa perantara
Dalam gelombang dan frekuensi yang abstrak
Dalam nada-nada yang tak henti bergerak
Aku berikrar dengan musikku
Di antara planet dan bintang yang tersenyum sayu
Pada bumi, matahari, galaksi, diriku, dan dirimu
Di angkasa luas, hadiah dari Tuhan yang jemu
Jemu akan hidupku yang melulu begitu
Dan aku pun hilang
Di angkasa yang gelap gulita dan juga terang benderang
Kuala Lumpur, 17 Februari 2017
PRA PENGEBUMIAN JONI
Tercatat Joni mati hari ini
Musisi jazz tampan dan sakti
Orang bilang musiknya dapat menggugah hati
Juga dibilang dapat membuat bunuh diri
Kini ia terbaring sepi
Membisu seribu bahasa, sunyi
Tak ada yang melayat, tak ada doa yang menghadiri
Tak ada musik Joni hari ini
Orang bilang ia bunuh diri
Dengan musiknya yang dikatakan dapat menggugah hati
Sungguh kasihan musisi jazz yang tampan lagi sakti
Dan hari ini tercatat Joni mati
Kuala Lumpur, 17 Februari 2017
PASCA PENGEMBUMIAN JONI
Seiring waktu, mataku menjamah dirimu
Waktu mengalir, seperti nafasmu yang mendesir
Lalu kau lari, menghirup udara yang sunyi
Namun aku tetap disini, berharap ada yang kembali
Tetapi siapa aku dan siapa engkau
Engkau yang mulia nan suci
Aku yang hina nan sepi
Lagi-lagi kau bertanya, “Siapa aku dan siapa engkau?”
Kini kau tak lagi sunyi
Kini kau leluasa; menari, bersyair, dan menyanyi
Kini aku pun tak lagi sunyi
Kini aku bebas; bermusik, menulis, dan bermimpi
Namun kita kembali, masih, dan akan terus bertanya
“Siapa aku dan siapa engkau?”
Kuala Lumpur, 17 Februari 2017
KUCURI SEBUAH PARTITUR
Sekali waktu pernah kucuri sebuah partitur
Partitur berisi rumus yang telah diukur
Diukur oleh komposer yang kini dikubur
Dikubur sehingga kini lagunya gemar kabur
Pada malam hari setelah kucuri sebuah partitur
Kududuk di depan piano, menjamah tuts-tuts yang kian hancur
Seketika hadir di depanku puisi alam yang subur
Nada merdu turut hadir dengan tangan yang terulur
Dan kusadari yang kucuri sebuah partitur
Maka kulanjutkan menjamah piano yang sejenak mendengkur
Ia pun tertawa dan kembali bernyanyi dengan makmur
Lagu ikut menari dan tak jadi berjamur
Akhirnya polisi pun tahu telah kucuri sebuah partitur
Mereka hadir dan menggusur
Mereka buat piano babak belur
Mereka kubur aku disamping komposer yang kini telah kabur
Kuala Lumpur, 18 Februari 2017
Muhamad Kusuma Gotansyah, seorang gitaris muda penggemar jazz kelahiran Tangerang yang berambisi untuk membuka mata dunia dengan musiknya. Penampilan debutnya adalah di selamatan sunat anak tetangga.
Ilustrasi: pixabay.com