Oleh: Ajid Fuad Muzaki*
Untuk kak Wulan yang entahlah,
Kak Wulan, sudah lama kita saling mengenal, saling caci dan memaki, saling paham dan memahamkan, bahkan pernah juga kita menikmati senja dalam satu waktu dan tempat yang sama. Kita juga sempat memimpikan Respublika, masa yang entah kapan akan tiba. Masa di mana saling memahami antara individu dengan individu yang lain, terciptanya masyarakat tanpa kelas, seperti yang dicita- citakan simbah kita, Simbah Marx.
Kak Wulan mohon maaf, sudah lama adik tak menulis di www.lpmarena.com baik berita, kancah, maupun puisi sajak-sajak perlawanan. Adik kini sedang berjuang bersama barisan barisan buruh jogja. Kak Wulan ingetkan, baik mahasiswa maupun wartawan sekalipun sebenarnya juga buruh?
Adik merasa tugas ini tidak bisa ditawar lagi, ini tugas mulia dan sebagian dari misi-misi kenabian. Tentu kak ingat Nabi Muhammad pun menghapuskan perbudakan, bahkan beliau membebaskan 63 budak, dengan harga tiap-tiap budak sepuluh juta, dengan begitu beliau mengeluarkan 630 juta (dalam ukuran rupiah sekarang). Bilal bin Rabbah pun juga dibebaskan oleh Abu Bakar, tentu kak ingatkan, cerita puasa waktu kita masih SD dulu.
Kak Wulan tau, Buruh Jogja terancam tidak bisa mempunyai rumah. DPC KSPSI Sleman memiliki anggota sekitar 8 sampai 9 ribu, dan 70-80 persen masih ikut dengan keluarga, dan 10 persen mengontrak kamar dengan ukuran 3×4.
Kondisi Buruh Jogja sedang darurat kak Wulan, terancam tidak bisa punya rumah, bahkan terancam menjomblo dalam waktu yang sangat panjang, karena upah di Jogja yang sangat rendah. Gubernur DIY menetapkan UMK 2017 sebesar Rp. 1.572.200 untuk Kota Yogyakarta. Sementara untuk Sleman, naik menjadi Rp. 1.448.385, Bantul Rp. 1.404.760, Kulonprogo Rp. 1.373.600, dan Gunungkidul Rp. 1.337.650.
Kamu tau kan kak Wulan, harga rumah di Jogja itu berapa? Di wilayah Giwangan, Kota Yogya, harga rumah dengan luas bangunan (LB) 62 dan luas tanah 60 meter persegi mencapai Rp. 916 juta. Sedangkan untuk tipe lebih besar 75/76 menembus Rp. 1,1 miliar.
Di kawasan Wirobrajan rumah tipe 77/82 meter persegi harganya mencapai Rp. 1,2 miliar, di daerah Sorogenen untuk tipe rumah 86/126 harganya mencapai Rp. 1,3 miliar. Di daerah Sleman, tepatnya jalan Magelang KM 14, rumah tipe 65/140 dijual dengan harga Rp. 385 juta. Di Prambanan, rumah dengan tipe 45/100 meter persegi dijual dengan harga Rp. 220 juta.
Sementara itu, untuk kawasan Bantul, harganya relatif jauh lebih murah dibanding dengan di Sleman atau Kota Yogyakarta. Misalnya, perumahan di kawasan Kasongan, dengan tipe rumah lantai satu tipe 54/122 dijual dengan harga Rp. 464 juta, tipe 45/117 dijual dengan harga Rp. 408 juta dan tipe lebih besar lagi 45/211 dijual dengan harga Rp. 591 juta.
Dengan harga rumah yang sedemikian mahal dapat dipastikan buruh-buruh Jogja tidak akan bisa punya rumah sendiri. Doakan adik semoga diberi kelancaran bersama kawan-kawan buruh Aliansi Buruh Yogyakarta (ABY) dan Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI) Yogyakarta yang sedang menjalani gugatan SK Gubernur no 235 tahun 2016 tanggal 31 November 2016.
Kak Wulan masih sering berbicara tak terkendali? Masih sering mengeluarkan kata “onani” untuk menjelaskan bahwa berita tidak untuk dikonsumsi sendiri? Kalau masih ya nggak apa-apa lah kak, seperti kata Boerdieu, “Bahasa yang natural itu bahasa yang tanpa ada unsur politik, bahasa yang apa adanya.”
Kak Wulan gimana kabar kampus UIN Sunan Kalijaga saat ini? Katanya di kampus sudah sangat minim ruang publik? Ruang untuk diskusi mahasiswa mengembangkan intelektual. Padahal dalam statuta UIN SUKA tahun 2014, pihak kampus memberikan fasilitas yang representatif dalam melaksanakan kegiatan, baik itu kegiatan kurikulum (yang ada di dalam kelas) atau kegiatan ekstra kampus.
Katanya, selepas Panggung Demokrasi (Pangdem) digusur dan digantikan gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) yang super mewah, belum ada kejelasan tentang pembangunan Pangdem, lalu di mana tempat mahasiswa berdiskusi, pentas seni, berkumpul untuk melakukan aksi, dan menikmati malam minggu yang sangat sederhana? Sabar ya kak, semoga kak tegar menghadapi kesintingan- kesintingan nasional maupun lokal.
Apa kabar dengan Uang Kuliah Tunggal (UKT) kak Wulan? Katanya akibat dari mahalnya UKT yang dipatok oleh UIN SUKA banyak memberatkan mahasiswa yang baru mau masuk? Ketidaksesuaian penggolongan, kenaikan tarif di tiap-tiap golongan, dan ketidaktahuan prosedural pengisian menjadi masalah yang mengikuti, apakah masih itu masalah-masalah terkait UKT kak? Cita-cita kita tetap sama seperti dulu kok, yakni Revolusi Pendidikan, meskipun 2 Mei tahun lalu Revolusi pendidikan di UGM bisa dikatakan gagal.
Oh iya kak Wulan, kemarin adik lihat keluhan salah satu mahasiswa UIN SUKA di media sosial, katanya keamanan di UIN SUKA sedang darurat. Banyak mahasiswa yang kehilangan helm bahkan motor-pun juga hilang dikampus. Di bulan Maret ini saja ada 2 mahasiswa yang kehilangan motor dikampus,
- Tanggal 9 Maret 2017 sekitar jam 13.30 Wib, Motor Beat Putih dengan nomor polisi L 4953 FH hilang di timur kantin dakwah.
- Tanggal 20 Maret 2017 sekitar jam 17.30 Wib, Motor Supra X tahun 2013 hilang ditimur kantin dakwah dibawah pohon beringin.
Ini kesintingan apalagi kak? Padahal UKT yang kian melangit, tapi kok tidak diimbangi dengan sarana dan pra-sarana kampus yang memadai. Semoga kak tidak ikut sinting melihat realita yang sedemikian rumitnya.
Mungkin ini tak sebanding jika dibandingkan dengan Sepotong Senja yang diberikan pada Alina, tapi percayalah kak Wulan, semangat kita masih sama dan akan selalu sama yakni, menyusun penjelasan sistematis tentang revolusi sebagai tindakan melangsungkan pembebasan untuk kelas tertindas oleh kelas tertindas dan dalam konteks ketertindasan masing-masing. Salam hangat dari Kamandanu.[]
*Penulis adalah si gondrong Kamandanu, yang giat memperjuangkan nasib kaumnya (buruh). Memutuskan tidur jika merasa lapar dan tidak punya uang.