Lpmarena.com- “Media massa selama ini kurang berpihak kepada para difabel,” ungkap Ajiwan Arief Hendradi, Redaktur Pelaksana Solider.or.id dalam menyikapi kondisi media massa saat ini. Sebagai pemantik dalam agenda Monthly Coffeebilty yang diselenggarakan oleh sahabat difabel di kantor Pusat Layanan Difabel (PLD) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada Rabu(26/04). Ajiwan juga menjelaskan bahwa berpihakan media massa bergantung pada pemilik media maupun pimpinan redaksi media itu sendiri.
Media massa yang telah memiliki kekuatan pasar tidak banyak yang memihak kepada kaum minoritas. Banyaknya pemberitaan terkait isu-isu berbasis propaganda, menyebabkan isu-isu minoritas terabaikan. “Media tidak mengadvokasi kelompok minoritas, maka kita perlu media alternatif,” ujar Abdullah Fikri, moderator diskusi Monthly Coffeebilty. Para jurnalis media mainstream saat ini lebih menyoroti isu-isu politik yang lebih seksism daripada isu-isu terkait kaum minoritas. “Selama ini isu difabel belum mempunyai porsi maksimal di media massa,” Ajiwan menambahkan.
Media massa perlu mengemas berita terkait isu difabelitas yang lebih berpihak kepada difabel agar masyarakat memahami posisi dan hak-hak para difabel. Hingga saat ini banyak media massa yang dalam pemberitaannya terkait isu difabel memakai diksi-diksi yang diskriminatif. “Saya pernah diwawancarai salah satu media massa lokal dan ketika berita itu terbit mereka justru menggunakan diksi tuna rungu untuk menyebut hambatan saya sebagai difabel tuli,” ungkap Chandra, sahabat difabel menceritakan pengalamannya ketika acara berlangsung, diterjemahkan oleh Ragil Ristiantu.
“Sebenarnya temen-temen juga bisa mengadvokasi diri sendiri dengan menyuarakan isu-isu difabelitas di media sosial masing-masing,” jelas Ajiwan. Menciptakan konten melalui media alternatif dan media sosial. Hanya saja para sahabat difabel perlu disadarkan agar mampu mengadvokasi media massa di tengah-tengah arus media yang tidak berpihak kepada difabel dan kaum minoritas.
Reporter: Lailatus Sa’adah
Redaktur: Wulan