ALEGORI KEMATIAN DALAM ‘THE FIREBIRD SUITE’
Semua orang gemar menebak makna lagu yang mereka dengar
Juga gemar menghubungkannya dengan diri mereka
Kadang interpretasi berubah individualistis
Dan lagu terbiar tanpa makna
Namun aku juga kerap bercermin pada lagu
Mencari-cari tanpa lampu di sebuah ruang gelap
Seperti mencari-cari kenangan di masa depan
Dan lagu menjadi sepi seperti jantung kakek di desa
Ketika lagu dicipta, kadang tidak ada makna yang dituangkan
Mungkin Stravinsky hanya mabuk saat mencipta sesuatu
Lalu kita menuding lagu dengan angkuh
Dan tinta di atas partitur luntur karena ia menangis
Tetapi kita juga gemar lupa akan lagu
Lupa akan nama-nama not di atas biola
Namun lagu selalu ingat dengan kita
Hanya saja ia menunggu, seperti tanah setia menunggu jasad
20 April 2017
MENCARI CARA UNTUK MENUNDA MATI
Pagi ini kucium tubuhku yang bau tanah
Aku menatap kedua tanganku seperti melihat bayanganku pada cermin
Perlahan tetapi pasti, usia menjamah angka yang semakin besar
Di kamar mandi aku termenung ditemani gemericik air
Di ruang tengah aku melihat semuanya:
Ayah, ibu, kakak, adik, paman, tante, sepupu, keponakan, kakek, nenek, sahabat, lawan, kekasih, mantan kekasih
Tahlilan dimulai dan mereka tersedu sedan
Aku tak suka keramaian dan sedu sedan dan tahlilan, apalagi di pagi hari
Lalu kuingat saat tubuh masih hijau dan darah masih segar
Saat sujud hanyalah kegiatan pelengah waktu senggang
Seperti menonton film di bioskop
Dan aku satu-satunya penonton di ruang bioskop yang luas
Namun berangan akan kematian di masa muda adalah dungu
Sebab lahir hanyalah stasiun pertama menuju mati
Karena muda hanyalah sebutan untuk manusia yang belum mati
Dan tua hanya salah satu cara menunda mati
20 April 2017
SATU LAGI PUISI TENTANG MATI
Bicara soal mati sama dengan bicara soal hidup
Keduanya sama-sama sombong
Tetapi keduanya harus dibahas di setiap meja rapat
Agar dapat menciptakan karya dengan alegori kematian
Atau sebuah cara untuk menunda kematian
Tetapi kau tak akan pernah tahu kapan ia mengetuk pintu rumahmu
Mungkin kau bosan menunggu dan mencoba hidup saat menunggu
Juga mungkin bosan karena mati selalu dibahas dimana-mana
Dari cerita-cerita Kafka, juga lukisan-lukisan Dali, juga lagu-lagu Bob Dylan
Atau hanya bosan karena sudah tiga puisi tentang kematian
Dan karena itulah Pollock menggambar abstrak
Agar kita dapat menebak-nebak penuh angkuh apa maknanya
Dan kita pun berangan akan mati
Mati yang individualistis
Tetapi kau hanya ingin mati yang alami, bukan yang instan
19 April 2017
Muhamad Kusuma Gotansyah. Seorang gitaris muda penggemar jazz kelahiran Tangerang yang berambisi untuk membuka mata dunia dengan musiknya. Penampilan debutnya adalah di selamatan sunat anak tetangga.
Ilustrasi: https://rumaysho.com/4773-kematian-yang-tidak-bisa-dihindari.html