Home KUPAS S.H.I.T: Menentang Sistem Pendidikan Formal

S.H.I.T: Menentang Sistem Pendidikan Formal

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Accepted. Begitulah judul film yang disutradarai oleh Stave Pink dan ditulis oleh Adam Cooper, Bill Kolase, dan Mark Perez. Film yang dirilis pada 18 Agustus 2006 ini merupakan salah satu film yang menginspirasi banyak orang.  Hampir seirama dengan film Freedom Writers dan Spare Parts yang juga menginspirasi. Namun yang menjadi seorang proklamator adalah seorang siswa malas yang baru lulus, tapi tidak diterima oleh satu perguruan tinggi mana pun.

Bartleby Gaines —yang diperankan oleh Justin Long— adalah siswa malas, tapi cerdik. Bersama dengan kedua temannya, Sherman Schrader (Jonah Hill) dan Daryl Hands (Columbus Short) memutuskan untuk membuat perguruan tinggi fiksi. Meski Schrader diterima di Harmon Institute of Technology (H.I.T), ia tetap membantu kawannya agar bisa mengelabui kedua orangtua mereka. Sebelumnya, Bartleby telah mengubah logo H.I.T dari yang berwarna merah menjadi biru tua. Ditambah lagi dengan nama “South” sebagai cabang dari H.I.T, sehingga menjadi South Harmon Institute of Technology yang disingkat menjadi S.H.I.T. Maka dengan bantuan Schrader, mereka pun berhasil membuat situs dengan sistem “You are accepted just one click”.

Rencana pun berjalan lancar. Suatu pagi ayah Bartleby, Jack Gaines (Mark Derwin), menemukan sebuah amplop di kotak pos, lalu memberikan amplop tersebut kepada Bartleby. Tentunya Bartleby diterima di perguruan tinggi fiksi buatannya sendiri. Hal ini membuat kedua orangtuanya bangga dan berencana mengantar Bartleby ke perguruan tinggi tersebut. Lizzie Gaines (Hannah Marks), adik Bartleby, merasa janggal dengan hal itu, tetapi Bartleby tidak menjadikannya sebagai masalah. Hanya ada satu masalah, yaitu lokasi. Bartleby membutuhkan tempat untuk membuktikan bahwa S.H.I.T. bukan perguruan tinggi fiksi. Ia merapatkan kembali hal ini dengan kedua temannya.

Mereka pun bertemu di depan mini market tempat Glen (Adam Herschman) bekerja. Glen sendiri juga salah teman sekolahnya yang tidak diterima di satu pun perguruan tinggi. Merasa kebingungan mencari tempat, tiba-tiba Rory Thayer (Maria Thayer) menawarkan sebuah gedung bekas rumah sakit yang tidak terpakai dan lokasinya tidak jauh dari H.I.T. Setelah mereka cek lokasi di malam hari, paginya mereka membersihkan dan memperbaiki beberapa perabotan dan ruangan di gedung tersebut. Meskipun belum secara totalitas dibersihkan, tapi setidaknya hal ini cukup mampu mengelabui kedua orangtua Bartleby. Ditambah lagi dengan bantuan Rory yang bekerja sebagai sukarelawan dalam program bahasa inggris, ia menyuruh para muridnya untuk berpura-pura menjadi mahasiswa S.H.I.T dengan mengatakan, “Jika ingin lulus, mereka harus bisa membaur di lingkungan kampus Amerika.”

Tibalah kedua orangtua Bartleby dan juga adiknya, Lizzie, di kampus. Bartleby membawa kedua orangtuanya melihat-lihat keadaan kampus yang tentunya sudah diatur oleh Bartleby dan kawan-kawannya. Setelah itu, ia membawa mereka bertemu dengan dekan yang juga sebelumnya telah diatur.  Ben Lewis (Lewis Black) adalah paman dari Schrader yang cukup gila dan temperamental. Ben sendiri menerima tawaran dari Bartleby sebagai dekan setelah ia dipecat dari toko sepatu tempatnya bekerja. Alhasil, pertemuan mereka cukup lancar, meski Ben berceloteh dengan kata-kata yang tidak sopan. Namun pada akhirnya Ben mampu menutupi keraguan kedua orangtua Bartleby dengan kalimat, “Hanya satu alasan anak-anak mau pergi kuliah: mendapat pekerjaan yang bagus dengan gaji yang tinggi.” Hal ini membuat kedua orangtua Bartleby beranggapan bahwa S.H.I.T. mampu membawa mahasiswa lulusannya dalam kehidupan yang sejahtera.

Setelah pertemuan itu, Bartleby, Hands, Rory, Ben, dan juga Glen yang ikut serta menjadi mahasiswa S.H.I.T. setelah dipecat dari mini market tempatnya bekerja, menikmati satu gedung tersebut. Mereka bisa berbuat apa saja dan melakukan banyak hal. Schrader tidak mampu menikmati itu karena ia telah menjadi mahasiswa H.I.T. Parahnya ia diperlakukan secara tidak adil oleh mahasiswa di kampus tersebut. Suatu hari datanglah seorang pemuda berpakaian rapi dengan wajah penuh semangat, Abernathy Darwin Dunlap (Robin Lord Taylor). Ia bertemu dengan Bartleby untuk menjadi mahasiswa S.H.I.T. Awalnya, Bartleby menolak. Namun setelah melihat keadaan di luar gedung, ternyata Darwin tidak datang sendirian. Mereka dikerumuni oleh ratusan mahasiswa yang mendaftar di S.H.I.T. Lagi dan lagi, Bertley dan kawan-kawannya mendapat masalah. Mereka harus mengatasi masalah ini dengan mengusir ratusan mahasiswa itu. Mereka pun disuruh berkumpul di sebuah ruangan yang cukup besar. Bartleby menuju panggung untuk menyampaikan hal itu. Namun ia melihat wajah-wajah ratusan mahasiswa yang tampak senang. Setelah Bartleby mengajukan pertanyaan di depan mereka, ternyata mereka juga senasib dengan Bertley dan kawan-kawannya, yaitu tidak diterima oleh satu perguruan tinggi mana pun. Akhirnya Bartleby menyambut mereka dan mendapat sorakan riang.

Untuk menjadikan S.H.I.T. sebagai kampus yang hidup, Bartleby dan kawan-kawannya membuat kurikulum yang diatur oleh mahasiswanya sendiri. Mereka menyediakan sebuah papan tulis besar yang bertuliskan, “What do you want to learn?”. Para mahasiswa menuliskan apa yang ingin mereka pelajari, sehingga S.H.I.T. menjadi kampus yang kreatif. Penyediaan fasilitas pun tentunya diambil dari uang semester para mahasiswa. Glen ingin belajar memasak, maka Bartleby membeli peralatan masak yang terhitung lengkap. Maurice (Joe Hursley) ingin bermain musik rock, dan Bartleby juga menyediakan hal itu. Semua mendapatkan apa yang ingin mereka pelajari, sehingga kampus S.H.I.T. menjadi tempat yang terlihat sebagai tempat wisata dengan kolam renang, arena skateboard, dan masih banyak lagi. Tidak ada kelas, tidak ada ujian, tidak ada nilai. Pencapaiannya hanya pada keinginan yang telah tercapai.

Singkat cerita, Hoyt Ambrose (Travis van Winkle), presma H.I.T. yang juga kekasih dari Monica Moreland (Blake Lively), ditugaskan untuk membeli lokasi yang ditempati Bartleby dan kawan-kawannya untuk memperluas wilayah H.I.T.. Tentunya Bartleby menolak tawaran itu dan mengusir Hoyt. Hoyt menjadi curiga dengan kampus sebelah yang namanya hampir mirip dengan kampusnya. Ia menelusuri S.H.I.T. di internet, lalu menyampaikan hal itu kepada dekannya. Hoyt dan kawan-kawannya mengatur rencana. Ia menyekap Schrader di sebuah ruangan, lalu diinterogasi. Dengan beberapa pukulan dan bentakan, Schrader angkat bicara seputar S.H.I.T. Hoyt menyita laptop Schrader dan juga password situs S.H.I.T.

Beberapa hari kemudian, datanglah para orangtua dari mahasiswa S.H.I.T. yang tentunya membuat Bartleby dan kawan-kawannya heran. Para orangtua tersebut mendapatkan informasi bahwa ada pertemua orangtua dengan sebutan “Parents Day”. Datanglah Hoyt dan seorang petinggi H.I.T., Dean Richard van Horne (Anthony Heald), membocorkan semuanya di hadapan para orangtua dari mahasiswa S.H.I.T.. Lalu semuanya bubar dan hilang harapan. Bartleby dan kawan-kawan tidak punya harapan untuk mempertahankan kampusnya. Satu-satunya jalan adalah mengajukan ke Dewan Akreditasi Negara. Schrader merasa bersalah dengan apa yang terjadi, sehingga ia mengajukan permintaan akreditasi agar kampusnya kembali dibuka.

Tibalah hari dimana Bartleby dan kawan-kawannya bertarung dengan lawannya dari H.I.T. untuk mempertahankan kampusnya. Yang hadir dari pihak Bartleby tidak hanya kawan-kawan dekatnya, tapi seluruh mahasiswa S.H.I.T. juga mendukung. Ketika persidangan dimulai, Bartleby kesulitan memaparkan fasilitas. Masih sedikit fasilitas yang mendukung proses belajar di kampusnya. Namun Bartleby angkat bicara ketika ditanya soal kurikulum. Mereka membawa papan tulis yang berisi kurikulumnya. Bahkan beberapa mahasiswa angkat bicara tentang apa yang mereka pelajari di kampus. Ketika ditanya tentang staf pengajar, Ben Lewis angkat bicara dan mengaku sebagai dekannya. Pihak lawan menganggap bahwa semua itu hanya lelucon dan suatu kriminal. Bagi mereka, tidak ada kurikulum yang diatur oleh mahasiswanya sendiri. Mendengar hal ini, Bartleby meluapkan kekesalan dan kerisauannya yang terpendam selama ini di hadapan para dewan.

“Kau tahu apa? Kaulah yang penjahat karena kau merampas semangat dan kreativitas anak-anak ini. Itulah kejahatan yang sebenarnya!”

“Kami tak perlu dosen atau ruang kelas atau tradisi budaya mewah atau ‘ada uang ada ijazah’. Kau cuma perlu orang-orang dengan keinginan untuk memperbaiki dirinya. Dan kami dapatkan itu tanpa beban di Selatan Harmon. Jadi kalian dapat teruskan, tandatangani formulirmu. Tolak kami dan hancurkan kami, dan lakukan apa yang harus kalian lakukan. Itu tidak masalah. Sebab kami tak akan pernah berhenti belajar. Kami tak akan pernah berhenti berkembang. Dan kami tak akan pernah lupa dengan idealisme yang ditanamkan pada kami. Di tempat kami. Karena sekarang kami mahasiswa S.H.I.T. dan kami tetap mahasiswa S.H.I.T. selamanya. Dan tak ada yang bisa kau katakan atau lakukan atau men-cap. Bisa mengambil itu dari kami, silahkan!”

Luapan Bartleby membuat para mahasiswa S.H.I.T. bersorak. Setelah itu, Dr. Alexander menyuruh para hadiri untuk diam dan mendengarkan keputusan pada dewan.

“Tuan Gaines, presentasimu sangat tidak lazim. Dapat dikatakan seperti itu. Dan metodologimu itu sungguh dipertanyakan. Bagaimana pun juga, tujuan utama pendidikan yang sebenarnya adalah merangsang kreativitas itu sendiri dan semangat dari jiwa mahasiswa. Dan dalam hal ini kau benar-benar telah berhasil. Dewan ini tidak menolak sebuah inovasi, tapi harus diamati dengan hati-hati. Oleh karena itu, Selatan Harmon Institut Teknologi akan diberikan satu tahun masa percobaan untuk melanjutkan program eksperimentalnya. Janganlah cepat menilai kami dari luarnya saja. Selamat!”

Sebuah stempel menancap dengan tegas di atas selembar kertas dan membuat mahasiswa S.H.I.T. bersorak riang. Semua aktifitas kembali di kampus itu, dan tentunya dengan sistem yang lebih teratur tanpa menyiksa para mahasiswanya. Glen menjadi kepala koki dan memiliki banyak anggota; Rory memperdalam ilmu rohaninya bersama mahasiswa lain; Ben mengajarkan tentang ‘kenyataan’ di hadapan mahasiswa dengan posisi duduk senyamannya; Hands mengembangkan keseniannya sambil mengajak mahasiswa lain yang berminat untuk ikut serta: dan Freaky Student (Jeremy Howard) berhasil meledakkan sebuah mobil milik Dean Richard dengan telekinesis yang diperdalamnya.

Film “Accepted” memberikan gambaran tentang keputus-asaan para pemuda(i) yang ditolak oleh kampus karena standar dan seleksi agar ‘diterima’ sebagai mahasiswa. Gambaran tersebut menjadi sebuah tamparan terhadap sistem pendidikan yang semakin menjepit para pemuda yang ingin menambah ilmu dan mengembangkan kreativitasnya. “You are accepted just one click” menjadi pintu masuk bagi mahasiswa yang putus asa. Tanpa ada standar atau seleksi, selagi ingin belajar, mereka diterima.

Bartleby yang merupakan tokoh utama sebenarnya mendapat tekanan dari kedua orangtuanya. Ia dipaksa agar tetap berkuliah di kampus mana pun. Tindakan Bartleby yang nekat membuat perguruan tinggi fiksi ini merupakan tindakan yang tidak terpuji karena ingin menipu orangtuanya. Namun di satu sisi, ia berani mengambil keputusan demi menghilangkan keputus-asaannya dan juga keputus-asaan orangtuanya.

Apa yang membuat para orangtua berpikir agar anaknya bisa kuliah? Jawabnya ada pada pernyataan Ben ketika ia bertemu dengan kedua orangtua Bartleby, “Hanya satu alasan anak-anak mau pergi kuliah: mendapat pekerjaan yang bagus dengan gaji yang tinggi.” Kalimat Ben pun memberi sebuah gambaran tentang konstruk sosial yang kini menjadi satu-satunya jalan menuju kesuksesan. “Pekerjaan yang bagus dengan gaji yang tinggi” adalah impian para orangtua sebagai bukti kesuksesan mereka dalam mendidik anak-anaknya.

Bartleby justru sebaliknya, ia berfikir “out of the box” dan menyelamatkan ratusan mahasiswa yang ingin mengolah kreativitasnya dan belajar sesuai dengan apa yang hendak mereka pelajari. Ia dan kawan-kawannya mencoba keluar dari sistem dan konstruk sosial, khususnya para orangtua, yang bersifat unfair karena mengesampingkan kreativitas dan mengutamakan akademikus.

Keterasingan: rasa yang mempersatukan

Penolakan adalah jalan menuju lembah keterasingan. Ketika seseorang ditolak oleh sesuatu atau tempat, maka ia menjadi kecewa, sebagaimana konsekuensi dari sebuah pengharapan adalah kekecewaan. Ketika semua perguruan tinggi di Amerika menolak Bartleby dan ratusan lainnya, mereka merasa terasing dan seolah tersingkirkan dari kelompok masyarakat. Sistem penilaian yang memandang sebelah mata menjadikan orang-orang yang ‘ditolak’ berada dalam lembah keterasingan.

Hal ini Bartleby rasakan sendiri di hari perpisahan sekolah. Para orangtua bertemu dan saling berbicara tentang masa depan anaknya. Melihat wajah kedua orangtua Bartleby yang merasa malu karena tidak ada satu pun perguruan tinggi yang menerimanya, maka ide gila itu muncul dipikirannya.

Bartleby sebenarnya merasa terasing. Namun karena dia seorang periang dan juga cerdik, keterasingan yang dirasakan tertutupi, terutama saat ia menemukan ide gila. Ada sikap egois yang bercampur dalam diri Bartleby. Ia hanya ingin menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa memikirkan resiko kedepannya. Akan tetapi sikap egoisnya perlahan pudar ketika Hands. Rory, dan Glen ia terima sebagai anggota agar mendapat pernyataan sebagai mahasiswa. Keempat orang ini adalah orang-orang yang hampir putus asa dan merasa terasing dari lingkungannya. Sedangkan Schrader merasa terasing ketika ia tidak dianggap oleh kawan-kawan kampusnya. Ia menutupi keterasingannya dengan melakukan apa saja yang diperintahkan Hoyt sebagai suatu kebanggaan dan tradisi yang telah berjalan di kampus H.I.T.. Namun ia pun menyadari dirinya setelah diperlakukan secara kejam oleh Hoyt dan kawan-kawannya untuk membongkar kebenaran di balik S.H.I.T., lalu bergabung dan membantu Bartleby.

Ada pun dengan ratusan mahasiswa yang diterima secara otomatis oleh S.H.I.T. merupakan sebuah keteledoran Bartleby dan kawan-kawannya. Adegan ini sedikit mirip dengan adegan yang terdapat pada film India berjudul “Airlift”. Semua berawal dari keegoisan untuk menyelamatkan diri sendiri, lalu datang orang-orang yang juga senasib dan meminta pertolongan. Di sinilah sikap Bartleby sebagai pahlawan. Ia tidak lagi merasa terasing karena telah berkumpul dengan orang-orang yang terasing. Mereka membentuk dunia baru yang berbeda konsep dari dunia dan kelompok sosial yang mencampakkannya. Mereka juga menjadi kelompok oposisi terhadap sistem pendidikan formal yang berjalan di seluruh intansi pendidikan. Tawaran mereka sederhana: mengembangkan kreativitas. Ditambah lagi dengan ‘presentasi yang tidak lazim’ dari Bartleby di hadapan para dewan akreditasi. Salah satu pernyataannya mengetuk kesadaran Dr. Alexander, dan ia menyampaikan itu pada Bartleby, “Aku dulu ingin bermain trombon jazz.” Pernyataan Dr. Alexander dan keputusannya merupakan kesempatan bagi ratusan mahasiswa untuk menggapai impiannya. Ia melihat kesalahannya sendiri di masa lalu dan menerima kenyataan yang ia jalani saat ini.[]

Judul: Accepted | Tahun: 2006 | Durasi: 1 jam 30 menit | Sutradara: Stave Pink | Produksi: Shady Acres Entertaiment | Negara: US | Pemain: Justin Long (Bartleby Gaines), Blake Lively (Monica Moreland), Jonah Hill (Sherman Schrader), Glen (Adam Herschman), Columbus Short (Daryl ‘Hands’ Holloway), Maria Thayer (Rory Thayer), Lewis Black (Ben Lewis), Mark Derwin (Jack Gaines), Ann Cusack (Diane Gaines), Hannah Marks (Lizzie Gaines), Sam Horrigan (Mike Welsh), Joe Hursley (Maurice/The Ringer’s), Jeremy Howard (Freaky Student), Anthony Heald (Dean Richard van Horne), Travis van Winkle (Hoyt Ambrose)| Peresensi: Khaerul Muawan