Home - Imajinasi: Penggerak Roda Sejarah Manusia

Imajinasi: Penggerak Roda Sejarah Manusia

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Yuval Noah Harari (YNH) adalah sejarawan yang mendapatkan gelar Ph.D dari Universitas Oxford ketika umurnya 26 tahun. Saat ini dia menjadi dosen sejarah di Universitas Ibrani Yerusalem. Dia mengkhususkan diri dalam bidang sejarah dunia, sejarah abad pertengahan, dan sejarah militer. Saat ini penelitiannya berfokus pada pertanyaan makro-historis seperti: apa hubungan antara sejarah dan biologi? Apa perbedaan penting antara Homo Sapiens dan hewan lainnya? Apakah ada keadilan dalam sejarah? Apakah sejarah memiliki arah? Apakah orang menjadi lebih bahagia dengan mengetahui sejarah?

Di bukunya yang berjudul Sapiens ini dia menjelaskan tentang sejarah manusia yang berfokus pada tiga revolusi terbesar sepanjang masa, yaitu: revolusi kognitif, revolusi agrikultur, dan revolusi saintifik. Sejarah revolusi, peradaban dan kebudayaan manusia diulas secara komprehensif di buku ini. Menurutnya, berputarnya roda sejarah peradaban manusia tidak lepas dari kemampuan dasar yang hanya dimiliki manusia, yaitu mengimajinasikan hal yang abstrak.

Tujuh juta tahun sebelum masehi pada saat pertama kali manusia berevolusi, manusia bukanlah makhluk yang signifikan. Manusia hanyalah hewan yang berada di tengah rantai makanan. Namun, enam juta tahun setelahnya manusia melakukan kecurangan terbesar sepanjang sejarah. Spesies lain berevolusi sesuai perubahan biologis salinan spiral DNA-nya dengan kecepatan yang konstan. Singa semakin ganas, leher jerapah semakin panjang, dan kijang berlari semakin cepat. Namun manusia yang tetap sama seperti leluhurnya enam juta tahun sebelumnya, memuncaki rantai makanan karena mereka bekerja sama di bawah “cerita fiksi” yang dipercayai secara kolektif. Cerita fiksi yang dimaksud adalah segala hal yang abstrak dan di luar fisik. Secara biologis tidak ada dalam diri manusia, seperti agama, moral, kebudayaan, nilai uang, dan lain-lain.

Sisi lainnya misal terkait kerja sama. Terdapat perbedaan mendasar antara kerja sama manusia dan kerja sama hewan. Hewan bekerja karena dorongan biologis mereka misalnya lebah menghasilkan madu karena naluri DNA, sedangkan manusia berbeda. Kerja sama manusia tidak hanya bertolak dari dorongan biologis, tapi karena kepercayaan intersubjektif manusia pada hal yang sama. Manusia mampu berjual-beli dengan pedagang yang tidak dikenal sebelumnya karena kepercayaan intersubjektifnya terhadap uang. Nilai yang terdapat pada uang adalah cerita fiksi yang diyakini bersama. Kemampuan inilah yang menjadi pendorong revolusi kognitif pada manusia 50 ribu tahun yang lalu.

Manusia mampu melakukan aksi-aksi rumit dengan kemampuan imajinasi,  membangun kebudayaan, menciptakan agama, dan bekerja sama dengan jumlah yang lebih besar di bawah cerita fiksi yang diyakini bersama.

Selama berpuluh-ribu tahun setelah revolusi kognitif, manusia berdiri di puncak rantai makanan dengan kehidupan yang mewah. Jam kerja yang sedikit, protein tinggi karena variasi makanan yang bisa diburu, dan pengetahuan tinggi atas teritori sekitarnya bisa dikatakan sebagai surga bagi manusia pada saat itu. Tapi 11 ribu tahun yang lalu manusia menukar kebahagiaannya dengan bertani yang biasa disebut revolusi agrikultur.

Dengan bertani manusia tidak lagi mendapatkan variasi protein karena mereka hanya berfokus memproduksi jenis-jenis makanan, seperti padi-padian, kacang-kacangan dan hewan-hewan ternak. Jam kerja pun menjadi semakin banyak karena ketidakpastian jumlah produksi yang akan dihasilkan dan mereka harus menetap bersama ladangnya sambil khawatir pada masa depan.

Namun di balik penderitaan yang dihadapi masyarakat agrikultur, mereka mendapatkan surplus makanan yang berimplikasi pada peningkatan populasi manusia. Produksi salinan DNA pun semakin banyak. Walaupun tingkat kebahagiaan yang dicapai oleh manusia agrikultur tidak setinggi sebelumnya, manusia tidak akan bisa kembali karena keegoisan DNA yang ada pada setiap gen di dalam tubuhnya tidak akan mengalah dan bunuh diri untuk kebahagiaan DNA lainnya. Meminjam kata salah satu evolusionis Richard Dawkins, manusia memiliki The Selfish Gene atau gen yang egois di dalam tubuhnya.

Kehidupan menetap yang dilakukan oleh masyarakat agrikultur pun menjadikan kegiatan reproduksi menguntungkan karena mereka tidak perlu repot-repot hidup berpindah tempat sambil membawa anak. Bahkan semakin banyak anak yang lahir, kegiatan bertani semakin menguntungkan.

Ditambah lagi dengan surplus makanan yang dihasilkan oleh petani, setiap manusia akhirnya tidak harus menghidupi kehidupannya sendiri sehingga muncul spesialisasi-spesialisasi lainnya seperti pandai besi, politikus, agamawan, dan lain-lain. Munculnya spesialisasi, terbentuklah unit politik yang kompleks di peradaban manusia.

Kompleksitas kehidupan agrikultur tidak lepas dari kemampuan imajinasi. Untuk membuat masyarakat yang sedemikian kompleks dan dalam jumlah yang besar bersatu, dibutuhkan cerita fiksi yang universal. Menurut YNH, tiga hal universal yang mampu membuat manusia bersatu adalah uang, akulturasi budaya pada suatu imperium, dan agama.

Revolusi terbesar terakhir yang terjadi baru-baru ini adalah revolusi saintifik. Revolusi ini juga bisa disebut sebagai revolusi ketidaktahuan. Sebelumnya, manusia melakukan investasi berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. Namun setelah revolusi saintifk, manusia berinvestasi untuk mengobservasi hal yang tidak diketahuinya. Hal ini mengimplikasikan penemuan dunia baru yaitu benua Amerika, penciptaan teknologi-teknologi, dan lain sebagainya.

Menurut YNH, revolusi ini terjadi karena dorongan kapitalisme dan imperialisme di benua Eropa. Atas nama modal, orang-orang Eropa berinvestasi untuk menemukan tanah baru dan menciptakan teknologi baru yang nantinya mampu membuat produktivitas mereka meningkat secara eksponensial dan roda peradaban berputar lebih cepat. Sayangnya, produktivitas besar ini juga diiringi dengan degradasi ekologis dan eksploitasi manusia. Namun kembali lagi, salinan spiral DNA adalah harga mati dari evolusi. Semakin banyak salinan spiral DNA yang dihasilkan maka evolusi tersebut bisa dikatakan sebagai sebuah keuntungan. Di balik penderitaan yang dialami manusia setelah revolusi saintifik, tak dapat dipungkiri bahwa populasi manusia meningkat jauh lebih besar dari sebelumnya.

Buku ini menjelaskan dinamika sejarah kehidupan manusia yang hidup pada dualisme realita, di dunia yang kongkrit dan imajinasi yang abstrak. Sejarah tersebut diulas secara komprehensif sehingga mudah untuk dibaca oleh berbagai kalangan. Bahasanya yang provokatif dan pemikiran radikalnya juga membuat buku ini semakin menarik.

Sayangnya buku-buku yang bergenre science masih belum menarik perhatian masyarakat saat ini. Karena saat ini masyarakat memandang science sebagai kumpulan rumus yang njlimet dan tidak akan dipakai di kehidupan sehari-hari.

Namun buku ini, selain menjelaskan sejarah manusia, secara tidak langsung juga membuktikan bahwa pengetahuan kita terhadap science mampu membantu kita dalam membaca sejarah, peradaban dan kehidupan sosial manusia.

Buku lain yang membahas tentang sejarah peradaban manusia adalah Gun, Germs and Steel karya Jared Diamond. Gun, Germs and Steel membahas tentang mengapa laju peradaban berbeda-beda. Hal tersebut dikaji dari sudut pandang biologi dan antropologi. Dari buku tersebut disimpulkan bahwa peradaban yang maju memiliki gun (bedil), germs(kuman), dan steel (baja) sedangkan peradaban yang terbelakang tidak memiliki ketiga hal tersebut. Selain itu, di buku tersebut juga dijelaskan mengapa ketiga hal tersebut memiliki peran signifikan dalam menjalankan roda peradaban? dan mengapa ada peradaban yang mampu memilikinya dan ada yang tidak mampu?

Judul Sapiens: Sejarah Ringkas Umat Manusia dari Zaman Batu hingga Perkiraan Kepunahannya |Penulis Yuval Noah Harari | Penerbit Alvabet | Tahun Terbit Juli 2017 | Edisi Pertama | Tebal Halaman X + 513 Halaman| Ukuran Buku 15 x 23 cm | ISBN 978-602-6577-17-7 | Peresensi Muhammad Sidratul Muntaha Idham