Home T E R K I N I Najwa Shihab Ajak Membuat Konten Toleran

Najwa Shihab Ajak Membuat Konten Toleran

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Published on May 26, 2018

Lpmarena.com- Penyebaran pandangan intoleran dan ekstrem yang marak di media sosial serta website media Islam menjadi salah satu alasan dibentuknya Narasi.tv, portal audio visual yang didirikan oleh Najwa Shihab tujuh bulan lalu. Hal tersebut Najwa sampaikan kepada ARENA selepas talk show Catatan Najwa dengan tema “Beda Itu Biasa” di gedung Profesor Amin Abdulloh UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, pada Jum’at petang (25/5).

Melawan pandangan ekstrem tersebut, Najwa bersama dengan medianya menggelar talk show di beberapa kota. Di Yogyakarta sendiri kegiatan tersebut mengusung wacana toleransi yang menghadirkan narasumber antara lain, Alissa Wahid Koordinator jaringan Gusdurian, Dahnil Azhar Simanjuntak Ketua pemuda Muhamadaiyah, Kikan Namara duta perdamaiana BNPT, dan Rektor UIN Sunan Kalijaga Yudian Wahyudi.

Selain itu, acara tersebut juga menghadirkan content creator dari berbagai bidang. Mulai dari kartunis, video maker, sampai selebgram yang menunjukkan bagaiamana cara dan motivasi dalam memproduksi suatu konten. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong audiens yang kebanyakan mahasiswa dan anak muda agar memproduksi narasi-narasi yang bisa melawan gagasan radikal minimal di media sosial mereka.

“Karena memang harus dilawan. Narasi itu harus diimbangi, harus dicounter dengan yang kita creat sendiri,” tutur Najwa.

Direktur NU Online Savic Ali yang aktif mengawal isu intoleransi dan radikalisme, serta mengamati penyebarannya melalui media online di Indonesia, mengakui bahwa media sosial, website, dan You Tube kita dipenuhi oleh konten-konten yang memiliki kecenderungan intoleran. Bentuknya berupa pemahaman yang tidak bisa menerima pandangan dan aliran lain, memaksakan supremasi Islam, dan memandang kalangan non Islam sebagai warga negara kelas dua.

“Itu kan diskriminatif dan intoleran,” jelas Savic saat dihubungi ARENA via Whatsapp.

Savic juga menjelaskan, website Islam di indonesia banyak mengusung paham ultra konservatifisme, Wahabi, dan Islam Politik yang mengeksploitasi isu-isu kegamaan. Bahkan dari sepuluh web Islam terbesar di indonesia yang dikunjungi lebih dari 50 ribu orang setiap harinya, hanya satu website yang mengusung semangat kebangsaan, yakni NU Online.

“Yang lain, di sepuluh besar nggak ada yang mempromosikan semangat kebangsaan,” ungkapnya.

Membidik Anak Muda

Narasi.tv sendiri membidik anak muda. Hal tersebut diwujudkan dengan membuat berbagai varian program dengan genre yang berbeda-beda. Selain melawan paham ekstrem melalui digital, Najwa mengungkapkan pihaknya juga bergerak di dunia nyata dengan membentuk komunitas Mata Kita di berbagai daerah di indonesia. Komunitas tersebut melakukan kegiatan-kegiatan yang berbeda, seperti literasi, pendidikan politik, atau bakti sosial, sesuai dengan konteks di mana mereka tinggal.

Najwa mengaku, dengan merangkul anak muda, berelaborasi dengan perguruan tinggi dan sekolah, serta membentuk komunitas akar rumput akan lebih berdampak pada lingkungan sekitar mereka.

“Kita percaya komunitas akar rumput itu akan lebih bisa memberdayakan sekeliling,” jelasnya.

Berdasarkan hasil riset yang dirilis oleh Alvara dari Mata Air Foundation, populasi masyarakat usia 15 sampai 39 tahun di Indonesia akan mengalami kenaikan yang signifikan, yakni melonjak menjadi 34 persen pada tahun 2020. Sementara itu, sebagaimana dilansir Tirto.id, hasil surveri Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidatayatulloh Jakarta dengan responden 1.522 siswa, 327 mahasiswa, dan 264 guru di 34 provinsi menunjukkan bahwa 54,87 persen generasi Z mencari pengetahuan agama melalui media online.

Menanggapi ini, Savic menilai fenomena tersebut menjadi tantangan bagi organisasi masyarakat moderat, kalangan mahasiswa, dan intelektual di Indonesia, mengingat dalam waktu ke depan gawai menjadi sumber informasi utama.

“Kita juga punya  kesempatan yang sama menjangakau generasi muda ini. Tinggal siapa yang militan, siapa yang konsisten, siapa yang istiqomah, siapa yang mampu mengerjakan itu dalam sekala yang lebih besar,” jelas Savic.

Reporter: Ni’am

Redaktur: Ni’am

Foto: Ni’am