Published on October 23, 2018
Lpmarena.com- Dibutuhkan peran aktif mahasiswa dalam mengamalkan Pancasila salah satunya dengan membantu meredakan konflik-konflik yang disebabkan oleh kelompok ekstrimis intoleran. Hal ini disampaikan oleh Agnes Dwi Rusdiyanti selaku aktivis Pancasila dalam Seminar Talkshow Kebangsaan bertajuk “Nasib Pancasila di Tangan Anak Bangsa” Sabtu (20/10).
Agnes Dwi Rusdiyanti yang juga seorang Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia daerah DIY memaparkan bahwa mahasiswa perlu mempelajari keadaan sekitar. Mulai budaya, agama, sampai permasalahan yang ada, seperti bagaimana sudut pandang bangsa kita dalam melihat keberagaman khususnya perbedaan beragama.
Agnes Serfozo, seorang pesinden dari Hungaria memaparkan bagaimana negara asalnya memandang agama sebagai sesuatu yang bersifat intim dan tidak sopan untuk dipertanyakan secara pribadi. “Agama adalah ranah pribadi beda dengan budaya, jadi dengan serta-merta harus dipisahkan,” papar Agnes Serfozo yang juga pengkaji budaya Jawa.
Sangat disayangkan apabila terdapat pihak yang mengklaim bahwa dirinyalah yang paling benar. Sehingga menjadi pembenaran atas apa yang mereka perbuat. Seperti halnya membubarkan acara keagamaan sebagai sebuah kearifan lokal hanya karena adanya perbedaan keyakinan.
Agnes Serfozo kemudian menceritakan pengalamannya di Banyuwangi. Saat itu ada pagelaran budaya yang dibubarkan karena dianggap musrik oleh kelompok agama tertentu.
Acara yang digelar di Universitas Sanata Dharma ini dilatarbelakangi oleh terjadinya dua peristiwa penting bulan Oktober yaitu Hari Kesaktian Pancasila dan Hari Sumpah Pemuda. Dalam rangka kembali menggali nilai-nilai Pancasila untuk membangkitkan kesadaran anak bangsa dalam mencintai budayanya, mangamalkan Pancasila, sekaligus menjaga Indonesia dari hal yang bertolak dengan nilai Pancasila.
“Seminar ini bagus untuk mengingatkan kita agar menjadi lebih sadar akan pentingnya menjaga keberagaman dan memupuk rasa toleransi di kalangan masyarakat,” tutur Suryo Kumorojati selaku peserta seminar kepada ARENA Sabtu (20/10).
Reporter: Magang, Muhammad Anggie Bayu
Redaktur: Fikriyatul Islami M